Friday, September 07, 2018

Mengenang Kak Eli – Buah Dada Lapis Remason


Saat Mas Parno bekerja di Puncak Pass, mereka mengontrak rumah di Cianjur.  Namun karena sedang hamil  anak pertama alias Viko, perangai Kak Eli berubah banyak diakibatkan faktor hormonal. Dia menjadi sangat sensitif pada bebauan (khususnya Mie Instan)  dan bahkan cahaya. Untung Mas Parno cukup sabar mendampingi Kak Eli dengan segala keajaiban perangainya.

Aku pernah sekali ke sini, dan untuk pertama kalinya mencoba rute jauh ke luar kota dengan VW Variant 1968. Aku mengantar Kak Eli ke rumah kontrakan tersebut sekalian membawa beberapa barang  yang diperlukan selama tinggal di Cianjur.

Saat hormon stabil, Kak Eli biasa belanja ke Pasar Cipanas dengan menggunakan angkutan kota. Namun ternyata Kak Eli masih kurang fit sebagaimana pernah terjadi sebelumnya saat kami di Denpasar dimana Kak Eli pernah pingsan begitu saja di sekolah. Kali ini kejadiannya sama, Kak Eli pun pingsan begitu saja, untung saja tidak di lantai dasar yang memang lebih padat.

Entah beberapa banyak yang berusaha membantu, tak ada saksi mata yang jelas, tak jelas juga siapa yang benar-benar tulus atau malah ambil kesempatan, yang jelas setelah sadar Kak Eli bingung menemukan gumpalan salep remason dalam jumlah ekstra banyak di sekitar kedua buah dadanya.

Rasa pedasnya tidak langsung hilang, dan Kak Eli selalu tertawa keras mengenang Tragedi Buah Dada Lapis Remason tsb. Siapa tersangkanya ? entahlah bisa tukang sayur juga bisa tukang daging. Tak sampai setahun di Puncak Pass, Mas Parno resign dari Puncak Pass menerima tawaran Zbigniew Bleszynski, pemilik Hotel Bukit Indah untuk bekerja di Dusseldorf, Jerman. 

No comments: