Saat masih mahasiswa saya pernah ditawari menjadi salah satu dari anggota dewan redaksi bulletin IT kampus. Setelah anggota team komplet, mulai dari pembina, kontributor, dewan redaksi sampai graphic designer, maka kami pun memulai rapat2 serius mengenai antara lain cover, tebal halaman, desain, distribusi, percetakan dan lain lain.
Setelah melalui beberapakali pertemuan dan diskusi hampir semua point2 tersebut akhirnya selesai dibahas kecuali jumlah halaman. Saat itu saya mengusulkan bagaimana kalau 8 halaman saja (terinspirasi dari bulletin dakwah yang biasa dibagikan setiap shalat Jumat), nanti pelan2 setelah konsistensi terjaga kita bisa tingkatkan jumlah halaman-nya. Akan tetapi Ketua Dewan Redaksi menolak,dan ingin langsung 32 halaman sejak awal. Lalu pertemuan mulai menghangat soal jumlah halaman ini, dan tidak dapat menemukan kesepakatan antara pihak2 yang berseberangan.
Alasan saya adalah, perlunya pentahapan dalam menjalankan sesuatu, kontributor untuk 8 halaman saja sudah susah apalagi 32 halaman, akan semakin banyak waktu yang harus kita sediakan untuk menjalankan proses bulletin ini sementara ini bukanlah pekerjaan utama kami.
Seingat saya karena beberapa rapat setelahnya juga tetap tidak sepakat soal halaman, maka bulletin ini akhirnya batal dilahirkan hingga saat ini. Moral of the story, adalah lakukan sesuatu step by step, lalu jangan lupa sempurnakan begitu ada kesempatan. Seperti kata pepatah China, "semua perjalanan sejauh apapun itu, selalu dimulai dengan satu langkah kecil yang pertama", lalu lengkapi dengan falsafah Jepang dengan proses penyempurnaan tanpa henti yang biasa kita kenal sebagai “Kaizen”.
Setelah melalui beberapakali pertemuan dan diskusi hampir semua point2 tersebut akhirnya selesai dibahas kecuali jumlah halaman. Saat itu saya mengusulkan bagaimana kalau 8 halaman saja (terinspirasi dari bulletin dakwah yang biasa dibagikan setiap shalat Jumat), nanti pelan2 setelah konsistensi terjaga kita bisa tingkatkan jumlah halaman-nya. Akan tetapi Ketua Dewan Redaksi menolak,dan ingin langsung 32 halaman sejak awal. Lalu pertemuan mulai menghangat soal jumlah halaman ini, dan tidak dapat menemukan kesepakatan antara pihak2 yang berseberangan.
Alasan saya adalah, perlunya pentahapan dalam menjalankan sesuatu, kontributor untuk 8 halaman saja sudah susah apalagi 32 halaman, akan semakin banyak waktu yang harus kita sediakan untuk menjalankan proses bulletin ini sementara ini bukanlah pekerjaan utama kami.
Seingat saya karena beberapa rapat setelahnya juga tetap tidak sepakat soal halaman, maka bulletin ini akhirnya batal dilahirkan hingga saat ini. Moral of the story, adalah lakukan sesuatu step by step, lalu jangan lupa sempurnakan begitu ada kesempatan. Seperti kata pepatah China, "semua perjalanan sejauh apapun itu, selalu dimulai dengan satu langkah kecil yang pertama", lalu lengkapi dengan falsafah Jepang dengan proses penyempurnaan tanpa henti yang biasa kita kenal sebagai “Kaizen”.
No comments:
Post a Comment