Saat mulai bisa mengendarai mobil, akhirnya keluarga mengijinkan saya untuk menggunakan VW Variant 1968 USA (double karburator), si putih dengan setir kiri. Meski mobil ini sudah tua, tetapi sangat “eye catching”, saya masih ingat bagaimana pernah beberapa kali dihentikan seseorang meski ditengah hujan lebat, yang tanpa tedeng aling aling langsung menawar untuk membeli si putih.
Karena kondisinya yang kurang terawat, maka setiap kali gajian (saat kuliah menginjak tingkat dua, saya sudah mulai bekerja sebagai part timer programmer) saya selalu menyisihkan duit untuk melakukan beberapa modifikasi bagi si putih. Mula2 tentu saja faktor mesin yang harus diprioritaskan, lalu menyusul bodi dan interior. Ketika akhirnya modifikasi selesai dengan perasaan puas saya amati si putih yang kini dop-nya mengkilat, jok-nya dilapis kain motif kotak2 ala scotch, tape terbaru yang nangkring ditengah dashboard disertai additional speaker di depan kaca belakang, spion baru serta cat putih gading dan cling.
Sejak mobil ini berpenampilan baru dan menghabiskan cukup banyak uang dan waktu, maka saya tidak lagi menggunakan-nya sebagai kendaraan harian, bahkan ketika hujan saya rela berbasah basah agar si putih tetap nangkring di garasi dengan tenang. Saat saat libur sudah merupakan waktu khusus antara saya dengan si putih. Dengan penuh perasaaan saya gerakkan berbagai alat pembersih mulai dari lap khusus sampai dengan sikat gigi bekas.
Suatu hari, dengan didukung keluarga, saya harus mengunjungi calon mertua yang sedang di rawat di salah satu RS di Bandung. Saat melewati jejeran kendaraan yang diparkir, sebuah minibus mundur begitu saja persis ketika saya lewat, maka terjadilah apa yang seharusnya terjadi. Sebagaimana layaknya supir omprengan, setengah merengek Si Supir memohon untuk dibebaskan dari ganti rugi. Dan akhirnya saya kembali dengan perasaan hancur, bagaikan kehilangan kekasih.
Hal ini mengingatkan saya akan surah Al Qasas ayat 88, yang artinya “Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan”. Jadi tidak ada yang abadi, sebagaimana kita dari ketiadaaan kembali ke ketiadaan.
No comments:
Post a Comment