Monday, September 26, 2011

The Science of Luck - Bong Chandra

Harus dikatakan buku ini sangat simple, tetapi mungkin justru disitu letak kekuatan-nya, dilengkapi contoh2 praktis dan mengena, dan sebagian besar bahkan merupakan pengalaman dari Bong Chandra sendiri. Cara Bong menawarkan-nya juga sangat atraktif, disertai judul provokatif, serta dilengkapi bonus CD audio, Tiket Seminar, serta bahwa 120% royalti akan disumbangkan (meski tidak dijelaskan akan disumbangkan kemana). Selain hal diatas, kekuatan lain dari buku ini adalah, Bong Chandra bukan melulu motivator dan speaker, melainkan juga praktisi dari apa2 yang dia yakini dan tulis.

Belum lagi promosi di halaman belakang oleh tokoh2 berkelas seperti Andrie Wongso, Merry Riana (yang berita tentangnya mengisi koran tempo panjang lebar pada edisi September 2011), serta James Gwee dan tak ketinggalan Ippho Santosa di bagian cover.


Apa sih yang diterapkan oleh Bong Chandra, dalam meng”ilmiah”kan keberuntungan ? Nah cara pertama adalah membahas “Bad Day dan Good Day”, lalu “Uang tidak bisa membeli keberuntungan”, “Pinggiran Roti” yaitu suatu cara untuk tidak mengabaikan hal2 kecil, “Timing” dan disusul beberapa bab serta yang terakhir “Daur Ulang Keberuntungan”.

Secara umum contoh2 didalam buku ini sangat mengena, salah satu yang paling menarik adalah bab dimana Bong Chandra menceritakan kembali asal usul Virgin Air, yaitu ide yang muncul ketika Richard Branson dan sejumlah penumpang yang berwisata terpaksa menunggu di sebuah pulau bernama Virgin, karena delay pesawat. Ketika penumpang lain memilih untuk berkeluh kesah, dia malah mencari pesawat carteran, lalu memutuskan untuk keliling dengan kertas bertulisan ajakan untuk terbang dengan biaya kolektif di tangan-nya yaitu “Hanya 30 USD untuk bisa ke Puerto Rico”. Hal ini lah yang akhirnya membuat Richard Branson mendirikan Virgin Airlines, yang bahkan saat ini mulai menawarkan petualangan di ruang angkasa.




Implementasi penting lainnya adalah kemampuan mengklasifikasikan hal2 yang harus kita hadapi sehari hari, misalnya”Penting tapi tidak mendesak”, “Mendesak tapi tidak penting”, “Tidak penting dan tidak mendesak”, serta “Penting dan mendesak”. Dengan demikian kemampuan mengklasifikasi ini akan meningkatkan kemampuan kita dalam me”manage” waktu secara baik.

Hanya ada satu hal yang agak sedikit mengganjal, yaitu pada halaman 91, dimana diceritakan Napoleon yang digambarkan sebagai tidak pernah kalah dalam perang karena selalu membakar habis kapalnya setibanya dia di pulau musuh. Pada kenyataan-nya Napoleon kalah di Waterloo, karena terlalu berambisi untuk menyerang sementara logistiknya tidak memadai. Kalau urusan membakar kapal sepertinya bukan taktik yang benar2 baru dan diperkenalkan oleh Napoleon (abad 17), melainkan sudah dimulai duluan oleh Thariq Bin Ziyad beberapa ratus tahun sebelumnya (abad 7). saat menyerbu Spanyol . Sepertinya Bong Chandra perlu membuat daftar sumber bacaan, untuk meningkatkan kredibilitas apa2 yang beliau tulis, agar buku ini tidak cuma menarik melainkan juga akurat.

1 comment:

imanz said...

sangat setuju dgn kata-kata di akhir tentang Thariq bin Ziyad... Nice share!!