Setelah bekerja keras selama 2009, kini saatnya liburan ke Sydney saat permulaan musim Gugur di awal tahun 2010. Suhu di saat itu sekitar 20 sd 25 Derajat Celcius, jadi memang lebih baik membawa baju hangat atau jaket tipis. Karena akan banyak jalan kaki, saya dansistri menyiapkan alas kaki yang enak dipakai.
Hari sudah menjelang siang sementara taxi yang kami tunggu2 untuk pergi ke travel tidak datang2 dan dari Bluebird tidak ada penjelasan apakah ada penggantian. Lantas karena waktu sudah sangat mepet, saya antar istri dan koper menggunakan mobil ke travel Cipaganti di terusan Buah Batu, Bandung, lalu balik kerumah dengan mobil yang sama, terus naik ojek kembali ke travel Cipaganti. Syukurlah kami masih sempat mendapatkan kendaraan Elf menuju Soekarno Hatta dan tanggal 3/3/2010, jam 20:40 saya dan istri terbang bersama Qantas QF 42, maskapai penerbangan Australia dengan logo Kangguru, untuk bertualang menuju Sydney.
Jelas kami deg2an, nyaris tidak jadi berangkat, dan ini bukan cuma deg2an yang pertama, saat memohon VISA pun rasanya tidak semudah negara2 lain. Ketatnya proses ini bisa jadi karena Australia dikenal dekat dengan Amerika dan Inggris, sehingga dianggap termasuk target utama teroris. Dengan demikian jangan harap bisa mendapatkan VISA dengan mudah.
Kembali ke perjalanan, ternyata pesawatnya bagus, dan dengan memilih maskapai yang sama dengan negara tujuan ternyata membuat kita merasakan suasana Australia lebih awal. Setelah 7 jam di perjalanan , loh kok lama ?, ya karena Sydney terletak agak kebawah kalau di peta dan juga lebih dekat ke New Zealand (yang terkenal sebagai tempat shooting trilogi Lord of The Ring) . Jadi Sydney memang berbeda dengan Perth yang lebih dekat secara jarak dari Jakarta. Akhirnya kami pun sampai jam 07:15 waktu setempat dan mendarat di Kingsford Smith Airport.
Proses imigrasi berjalan cukup lama, karena pemeriksaan yang cukup teliti, begitu juga dengan barang2, hampir semua koper dibuka dan diperiksa. Sepertinya barang bawaan turis Indonesia yang dikenal loyal dengan makanan khas, menjadi obyek menarik yang perlu diperiksa. Selisih waktu yang mencapai empat jam, membuat kami masih terkantuk kantuk. Hemm melihat bawaan beberapa turis di depan saya membuat saya menyesal tidak membawa saus sambal ABC, maklum makan tanpa rasa pedas, rasa-nya tidak nyaman bagi yang sudah biasa.
Lalu dengan bis berukuran besar dengan ground clearance sangat rendah, kami meninggalkan Airport menuju lokasi wisata pertama yaitu sebuah taman dengan rumput hijau dipinggir sungai dengan jogging track dan bukit2 kecil dan jalan berliku liku. Tempatnya sangat bersih dan dipenuhi dengan pohon2 berukuran besar. Jauh diujung sana terlihat Sydney Harbour Bridge dan Opera House yang terletak di Bennelong Point masih di area Sydney Harbour, yang menjadi landmark Sydney. Perahu2 hilir mudik dikejauhan, mulai dari perahu2 kecil sampai dengan yang berukuran besar. Nama tempat ini adalah “Mrs. McQuarie Chair”. Hemm “chair” ? ya memang ada sebuah bangku batu panjang yang dulunya menjadi tempat duduk favorit seorang wanita bernama Elizabeth yang merupakan istri Gubernur Inggris Lachlan McQuarie. Dari tempat itu dia biasa melihat kapal2 yang datang dan pergi ke atau dari Great Britain.
Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co,id/2013/01/inspirasi-dari-sydney-2-opera-house.html
Hari sudah menjelang siang sementara taxi yang kami tunggu2 untuk pergi ke travel tidak datang2 dan dari Bluebird tidak ada penjelasan apakah ada penggantian. Lantas karena waktu sudah sangat mepet, saya antar istri dan koper menggunakan mobil ke travel Cipaganti di terusan Buah Batu, Bandung, lalu balik kerumah dengan mobil yang sama, terus naik ojek kembali ke travel Cipaganti. Syukurlah kami masih sempat mendapatkan kendaraan Elf menuju Soekarno Hatta dan tanggal 3/3/2010, jam 20:40 saya dan istri terbang bersama Qantas QF 42, maskapai penerbangan Australia dengan logo Kangguru, untuk bertualang menuju Sydney.
Jelas kami deg2an, nyaris tidak jadi berangkat, dan ini bukan cuma deg2an yang pertama, saat memohon VISA pun rasanya tidak semudah negara2 lain. Ketatnya proses ini bisa jadi karena Australia dikenal dekat dengan Amerika dan Inggris, sehingga dianggap termasuk target utama teroris. Dengan demikian jangan harap bisa mendapatkan VISA dengan mudah.
Kembali ke perjalanan, ternyata pesawatnya bagus, dan dengan memilih maskapai yang sama dengan negara tujuan ternyata membuat kita merasakan suasana Australia lebih awal. Setelah 7 jam di perjalanan , loh kok lama ?, ya karena Sydney terletak agak kebawah kalau di peta dan juga lebih dekat ke New Zealand (yang terkenal sebagai tempat shooting trilogi Lord of The Ring) . Jadi Sydney memang berbeda dengan Perth yang lebih dekat secara jarak dari Jakarta. Akhirnya kami pun sampai jam 07:15 waktu setempat dan mendarat di Kingsford Smith Airport.
Proses imigrasi berjalan cukup lama, karena pemeriksaan yang cukup teliti, begitu juga dengan barang2, hampir semua koper dibuka dan diperiksa. Sepertinya barang bawaan turis Indonesia yang dikenal loyal dengan makanan khas, menjadi obyek menarik yang perlu diperiksa. Selisih waktu yang mencapai empat jam, membuat kami masih terkantuk kantuk. Hemm melihat bawaan beberapa turis di depan saya membuat saya menyesal tidak membawa saus sambal ABC, maklum makan tanpa rasa pedas, rasa-nya tidak nyaman bagi yang sudah biasa.
Lalu dengan bis berukuran besar dengan ground clearance sangat rendah, kami meninggalkan Airport menuju lokasi wisata pertama yaitu sebuah taman dengan rumput hijau dipinggir sungai dengan jogging track dan bukit2 kecil dan jalan berliku liku. Tempatnya sangat bersih dan dipenuhi dengan pohon2 berukuran besar. Jauh diujung sana terlihat Sydney Harbour Bridge dan Opera House yang terletak di Bennelong Point masih di area Sydney Harbour, yang menjadi landmark Sydney. Perahu2 hilir mudik dikejauhan, mulai dari perahu2 kecil sampai dengan yang berukuran besar. Nama tempat ini adalah “Mrs. McQuarie Chair”. Hemm “chair” ? ya memang ada sebuah bangku batu panjang yang dulunya menjadi tempat duduk favorit seorang wanita bernama Elizabeth yang merupakan istri Gubernur Inggris Lachlan McQuarie. Dari tempat itu dia biasa melihat kapal2 yang datang dan pergi ke atau dari Great Britain.
Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co,id/2013/01/inspirasi-dari-sydney-2-opera-house.html
No comments:
Post a Comment