Tuesday, January 22, 2013

Inspirasi dari Sydney #5 of 6 – Featherdale Wildlife Park, Blue Mountain, Katoomba Restaurant dan Captain Cook Cruise.




Hari ketiga  kami berencana menuju Blue Mountain, salah satu daerah wisata dengan alam pegunungan di Australia melewati Featherdale Wildlife Park di daerah Doonside, 40 menit dari pusat bisnis Sydney. Lokasi persis-nya di Kildare Road, agak sedikit unik karena seakan akan berada di tengah2 pemukiman. Sebagaimana namanya tentu saja Featherdale ini adalah semacam kebun binatang. Saat kami masuk, kami diberikan sebuah form berisi daftar2 binatang yang ada, dimana tersedia kolom tertentu yang akan distempel oleh petugas di lokasi tujuan dengan cap berbentuk telapak binatang dimaksud. Hemm trik yang cantik untuk “memaksa” pengunjung berkeliling.

Kebun binatang ini bagi saya sangat menarik, karena meski sangat kecil dibanding kebun binatang Bandung, apalagi Ragunan, namun manajemen-nya sangat rapi , dan dikelola dengan professional. Di beberapa spot dimungkinkan untuk foto bersama Koala misalnya. Petugasnya berseragam dan sangat ramah, dan di pintu exit disediakan sebuah toko souvenir yang cantik dan dikelola dengan professional. Disini kita juga dapat menemukan sekitar 2200 hewan termasuk Dingo, sejenis anjing hutan yang sempat terkenal karena peristiwa pembunuhan bayi kontroversial sekian tahun lalu, buaya air asin Australia ,  lalu tentu saja salah satu maskot  yaitu Tasmanian Devil (salah satu binatang dengan rahang terkuat di dunia) , serta juga Wombat, dan Cockatoo, yang sayang-nya sampai kami meninggalkan tempat ini tak pernah mau keluar. Tak ketinggalan Wallabies(kangguru mini) dan kangguru sendiri.  Karena beberapa hewan ini sangat dekat dengan kita dan tanpa pagar pembatas, maka jangan kaget kalau anda menginjak kotoran kangguru yang luar biasa bau-nya.


Dari sini kami menuju Blue Mountain yang terletak di area pegunungan, dan terkenal dengan tiga tebing kembar dengan nama Three Sisters. Tiga tebing kembar ini sudah menjadi legenda yang diceritakan secara turun temurun oleh penduduk Aborigin di sekitarnya. Di area parkir, sudah terlihat satu2nya orang Aborigin di tempat ini, sedang duduk sambil meniup seruling khusus sepanjang dua meteran.  Masuk ke wilayah yang lebih gelap di hutan ini, kami melewati jembatan kayu yang saling berhubungan dengan tinggi kurang lebih dua meter dari permukaan tanah, sehingga jika cuaca buruk kita tetap dapat menikmati suasana hutan tanpa kuatir menginjak tanah becek dibawah-nya.





Lalu kami menuruni jurang menuju ke dasar Three Sister dengan cable car, yang sengaja di buat nyaris vertikal dan penumpang lebih mirip terkurung di kandang di banding sebaliknya.  Sebagian penumpang menjerit histeris saat menuruni tebing ini, apalagi ranting2 dan daun2 acapkali memukul tangan dan kepala dari sela2 jeruji. Untuk keatas kami menggunakan sky lift, jika tadi kami menuruni-nya dengan posisi duduk, kali ini kami dalam posisi berdiri, dan seperti Featherdale, di bagian pintu keluar kita disuguhi souvenir dari sebuah toko khusus. 



Menjelang siang kami makan di Katoomba Restaurant, disini disediakan daging Kangguru, yang rasa-nya agak aneh dan cenderung memiliki bau yang sangat khas. Hemm kalau di Featherdale wisatawan melihat kangguru hidup, kini sebaliknya wisatawan memakan daging kangguru. Bagi yang heran, sepertinya perlu diketahui bahwa kangguru bukan hewan yang dilindungi, karena meski mereka maskot Australia (padahal kangguru juga ada di Papua) jumlah mereka cukup banyak. 

Saat pulang Bis melewati Sydney Harbour Bridge di antara Milsons Point dan Millers Point, jembatan ini terdiri dari jalur sepeda, kereta, mobil dan pejalan kaki.  Sejak beberapa tahun lalu ada wisata khusus memanjat jembatan dengan tinggi 134 meter, lebar 49 meter, dan panjang 503 meter  ini, dan kita bisa melihat sosok2 mereka berjalan pelan2 menuju bagian puncak dari Sydney Harbour Bridge yang sering juga dijuluki “gantungan baju raksasa”. Jembatan yang dibuat pada tahun 1932 dan memerlukan 8 tahun proses pengerjaan ini menghubungkan pusat bisnis Sydney dengan North Shore. 

Lalu kami langsung menuju Sydney Harbour dan masuk ke salah satu cruise yang berlabuh  disana untuk menikmati santap sore steak khas Australia dengan daging berukuran super besar sambil berlayar menyusuri sungai , melewati  Sydney Harbour Bridge, Opera House, dll. Jika steak Australia disuguhkan dengan cara “kurang matang” dan kadang bahkan masih berdarah, sebagaimana kebiasaan Indonesia saya memilih untuk di masak dengan “well done”.  





Disekitar pelabuhan ini kita bisa juga mengunjungi museum maritim, yang gampang dikenal dengan jangkar segede gajah yang diletakkan di halaman depan-nya. Selain itu banyak sekali toko2 dan restoran serta ratusan perahu layar indah yang berlabuh.  Burung2 camar dengan bebasnya menjerit dan beterbangan di atas kepala kita.


Link selanjutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2013/01/inspirasi-dari-sydney-6-paddys-market.html

No comments: