Tuesday, January 22, 2013

Inspirasi dari Sydney #6 of 6 – Paddy’s Market dan Perjalanan Pulang

Hari terakhir sambil menunggu skedul penerbangan  QF41, kami jalan2 ke Paddy’s Market mencari buah tangan untuk keluarga yang ditinggalkan sebagaimana tradisi masyarakat Indonesia pada umum-nya.

Paddy’s Market lebih mirip pasar tradisional, hanya saja tidak becek dan gang2nya lebih besar. Nyaman-nya pedagang2 warga keturunan disini tidak masalah kalau kita menawar dagangan mereka.  Sepintas pedagang disini memang lebih banyak yang berasal dari Asia, dan kami bahkan sempat diminta bercerita mengenai Bali, sekaligus menunjukkan minat mereka untuk jalan2 ke Indonesia. 

Hem meski mereka pedagang di pasar seperti Paddy’s tidak aneh jika mereka sanggup wisata ke Indonesia namun jangan harap sebaliknya. Saya jadi ingat beberapa tahun lalu seorang bule Australia jalan2 ke Indonesia dan bahkan sempat mampir dan sarapan di rumah orang tua saya , dia sendiri mengaku seseorang yang berprofesi sebagai “gardening”.  Jadi begitulah negara2 yang lebih maju, memungkinkan warga negara-nya untuk wisata ke negara2 lain, dan mereka diperlakukan sangat baik bahkan lebih dari negara mereka sendiri. Sebagai perbandingan misalnya, seorang warga negara Jepang diluar Tokyo tentu saja akan memilih negara seperti Indonesia, ketimbang jalan2 ke Tokyo, karena dengan uang yang mereka miliki mereka akan mendapatkan imbal balik yang jauh lebih baik.

Hemm pasti ada yang bingung dengan Aborigin, dimana mereka ? kaum ini mengalami nasib yang kurang lebih sama dengan Indian di Amerika. Dalam hal perlakuan pada penduduk asli, Indonesia terhitung lebih baik dibanding kedua negara “kolonial” ini. Kaum Aborigin ditempatkan dalam kamp khusus, dan pemilik asli benua ini memang sangat jarang terlihat dimana-mana. Saya jadi ingat salah satu prestasi duta besar kita di Australia, yaitu August Marpaung. Saat semua pendahulunya menghindari wartawan Australia yang terkenal ganas pada kebijakan Indonesia di Australia, August Marpaung malah dengan “pede” nya melakukan konferensi pers. Dia membiarkan semua wartawan bertanya dan menyerang apa saja soal kebijakan Indonesia, dan lantas dijawabnya dengan pertanyaan kurang lebih seperti ini “Saya akan menjawab pertanyaan anda dengan pertanyaan lagi, yaitu lantas bagaimana dengan kebijakan pemerintah anda pada kaum Aborigin ?”. Komunitas Wartawan Australia terdiam dan tersengat, namun setelahnya mereka memuji August Marpaung sebagai salah satu Duta Besar tersukses di Australia.

Akhir kata, jalan2 ke Sydney ini sangat menarik, dari sudut pandang kota ini, Australia memang terlihat sebagai sebuah negara maju, didesain dengan gaya Eropa meski meski lebih dekat dengan Asia, dan dengan penduduk yang cuma sepersepuluh Indonesia, mereka mampu mengelola benua yang begitu luas ini menjadi begitu cantik. Namun kalau anda memilih bepergian ke sini, saya kira Melbourne atau Perth akan lebih ekonomis, khususnya dari sisi biaya transportasi. Sebenarnya sayang juga kami tidak melanjutkan perjalanan ke New Zealand, mengunjungi sahabat yang bermukim disana, namun waktu-nya terlalu sempit.

No comments: