Tuesday, January 22, 2013

Melintasi Banjir Jakarta di depan Citra Land


Malam Kamis 17/1/2013 aku mendadak terbangun oleh suara air yang melewati pipa pembuangan air hujan di balkon Apartemen Westmark. Mendadak langit terang karena petir sambar menyambar di kejauhan. Aku mencoba melihat keluar jendela, langit benar2 gelap sepertinya diluar sana awan berat dan hitam menggantung. Sungai depan MTA (Mall Taman Anggrek) nampak mulai meninggi nyaris mencapai batas paling atas. Kabel2 baja di depan canopy Apartemen berbenturan dan menimbulkan bunyi yang menggelisahkan ditiup angin.

Mencoba untuk tidur meski sangat sulit, akhirnya aku terbangun saat menjelang subuh, air masih terus dicurahkan dari langit. Selesai subuh, aku mencoba memantau  melihat Metro TV, terlihat situasi Jakarta mulai tak menentu, dimana mana banjir mulai mengancam.  Laporan dari NTMC Polda sepertinya cukup mengkuatirkan. Aku lantas mencoba kontak salah satu team senior HSE, dan mencoba memastikan status kantor hari ini, mengingat situasi-nya mulai tidak kondusif. Salah satu manager depertemen ku juga call via BBM menyarankan untuk pemberlakuan mobile office hari ini.

Lantas aku masak untuk sarapan pagi, dan terus kontak2 dengan team untuk memastikan layanan 24x7 kami di lantai 37, Central Park tetap dapat berjalan, menjelang siang aku kembali masak, namun persediaan air mulai menipis. Aku kembali melihat suasana sekitar, kali ini sungai depan MTA  sudah mencapai batas paling atas, gardu parkir sepeda motor terlihat mulai banjir sekitar 30 cm, dan jalan di depan MTA sudah mencapai sekitar 50 cm.  Westmark seperti pulau yang dikelilingi oleh air kecoklatan.

Laporan siang dari Metro TV semakin mengkuatirkan khususnya di daerah Grogol, di Tanjung Duren dan depan Citra Land air mulai mencapai satu meter sesuai reportase lapangan oleh penyiar berwajah ke-arab2-an Zackia Arfan. Nampak sebuah bis mogok didepan percabangan jalan ke pintu tol Grogol -  Tg Priok dan jembatan untuk putar balik ke arah  pintu tol Grogol – Cawang.  Begitu juga sebuah truk di depan DAMKAR. Sementara di depan Universitas Tarumanegara sudah tidak ada kendaraan yang berani lewat karena tingginya air.

Alhamdulillah menjelang maghrib hujan berhenti namun dampaknya masih terus berlanjut, dengan jebolnya tanggul di pusat kota.  Jakarta yang selama ini mengalami tiga resiko mulai dari air pasang, curah hujan dan banjir kiriman menjadi semakin beresiko untuk ditinggali. Aku bergegas belanja kebutuhan makan khususnya air di Carrefour, cemas melihat plaza UOB yang empat basement-nya terendam beserta semua mobil yang parkir dan beberapa karyawan, aku sempatkan untuk mengecek mobil di basement LGM di Central Park. Setelah belanja untuk mengantisipasi  situasi darurat aku mengendarai mobil “melipir” lewat jalan samping dari Central Park ke MTA, lantas minta izin security untuk parkir persis depan lobby Westmark. 

Lalu aku mulai masak untuk makan malam, sekitar jam 21:30 istri menelepon dan kuatir keadaanku serta meminta aku pulang ke Bandung. Namun aku menolak karena belum ada pengumuman dari kantor mengenai status untuk Jumat 18/1/2013. Entah karena “kutukan istri” sekitar jam 22:00 mendadak listrik apartemen  mati, karena gardu listrik Westmark di dekat kantor security meledak akibat luapan air sungai.  “Kutukan” berlanjut karena tak lama terlihat dari jendela hujan dan petir sudah dimulai lagi. Panik dengan situasi ini, aku mulai mengemas barang, dan turun lewat tangga darurat langsung masuk ke mobil. Untung saja mobil sebelumnya sudah aku pindahkan ke Westmark.

Keluar di S.Parman situasi jalan nampak aneh, jalan yang biasanya satu jalur kini menjadi dua jalur, diakibatkan area depan Universitas Tarumanegara sudah tidak dapat dilewati, dengan asumsi air sudah surut karena  hujan sudah berhenti empat  jam-an, aku tancap gas menuju Grogol untuk putar balik dan masuk tol Grogol – Cawang.  Terlihat berbagai kendaraan memutar, dan beberapa diantara-nya sudah tak berdaya dan tak lagi mampu maju. Sepersekian detik sempat bingung aku putuskan naik jembatan dan melewati genangan setinggi sekitar 70 sd 80 cm, pedal gas aku tahan untuk menghindari masuknya air ke kompartemen mesin. Air di jalan sudah sama tingginya dengan sungai di depan Apartemen Grand Tropic. Anak2 muda berkeliaran menawarkan bantuan, namun lebih terlihat sebagai ancaman, apalagi bagi pengemudi mobil yang sendirian seperti hal-nya aku (situasi ini mengingatkan aku situasi jalanan saat kerusuhan 1998).  Mendadak sebuah gerobak dengan motor diatas-nya berusaha memotong jalan-ku, namun urung karena kaget mendengar klakson yang aku tekan kuat2.  Air meluap dikiri dan kanan kap mobil, dan muncul suara2 aneh di bawah kolong mobil saat aku melewati genangan tertinggi.  Ahhh akhirnya lega saat aku melewati jembatan menuju pintu tol Grogol – Tg. Priok.

Dibagian puncak jembatan nampak beberapa motor dan mobil yang berhenti dan mogok, termasuk sebuah X-Trail dengan lampu hazard menyala.  Dan hahhhh ! di depan aku sudah membentang lautan kedua dengan kedalaman yang susah diperkirakan, aku berhenti dipinggir jembatan dan ragu dengan situasi ini, kembali ke Apartemen  dan menerabas kembali lautan pertama, atau dengan gagah berani menerabas lautan kedua, atau memilih tidur di puncak jembatan sampai dengan situasi lebih kondusif meski tidak jelas kapan.  Aku putuskan untuk kembali ke Apartemen menempuh lautan pertama yang tinggi-nya sudah bisa diantisipasi, namun penumpang X-Trail mendadak menyapa aku, dan menyampaikan bahwa sebelumnya sebuah Fortuner selamat di seberang, hemm sepertinya ada secerah harapan dan tentu saja aku tak mau kalah dengan Fortuner, lalu aku putuskan untuk menyeberangi lautan kedua. Pengemudi X-Trail meminta ku membuka jalan dan meminta izin ikut di belakang.

Beberapa detik sebelum injak gas mendadak ada ketokan di jendela mobil, aku kaget dan menoleh ke kanan, ternyata pengemudi X-Trail turun dari mobil-nya memohon agar aku tidak menginjak rem, karena akan sangat berbahaya bagi mereka. Lalu aku kembali siap2 menginjak gas, dan berdoa, eh lagi2 sebuah motor persis berhenti di depan dan mogok. Akhirnya setelah jalan didepan bersih, aku mengucapkan doa dan menginjak gas, Alhamdulillah kali ini lancar, juga karena air ternyata tidak setinggi lautan pertama  dan aku memutuskan lewat jalur busway karena lebih tinggi, sambil mengklakson motor2 yang berhenti disepanjang jalur busway.  Tak lama terlihat pintu tol ke arah Tg  Priok, dan sambil mengucap sukur aku masuk tol, meski sempat tertahan di km 39 selama hamir empat jam, sekitar jam 05:00 subuh aku akhirnya sampai di rumah, satu jam kemudian lagi2 Manager HSE menyatakan status mobile office untuk 18/1/2013, hemm benar2 putusan yang tepat.

Tak pernah sebelum-nya aku mengendarai mobil melewati banjir setinggi itu, sepertinya  jika saja aku masih menggunakan mobil yang sebelumnya yang kebetulan sekarang sudah dipakai istri, bisa jadi sudah berubah menjadi kapal selam  di lokasi tersebut.  Semoga kejadian seperti itu tak lagi aku alami. Semoga juga Jakarta dapat menjadi kota yang lebih baik kedepan-nya dan ini menjadi pelajaran bagi warga-nya agar dapat hidup selaras dengan alam di sekitarnya. 


No comments: