Setelah karya Benny jalan2 ke Singapura yang sempat bahkan saya jadikan "pegangan" saat pergi ke Singapura, saya sempat ngobrol2 sama istri mengenai destinasi wisata keluarga berikutnya yaitu Cirebon. Eh tak dinyana Benny membuat buku ini, dan tetap setia dengan #M alias tiga manula-nya yang sukses di petualangan pertama. Dimotori Liem, dan dua kawan-nya, cerita ini tak cuma kocak namun mengisahkan persahabatan antar suku yang indah.
Pada setiap bab dihiasi peta perjalanan mengingatkan saya akan Indiana Jones, dan perjalanan pun dimulai mencari kampung "Tingal" yang sudah 40 tahun ditinggalkan Waluyo, namun persis seperti "Waiting for Godot" karya Macbeth, Desa Tingal tak pernah bisa ditemukan, karena fokus utama-nya adalah pencarian itu sendiri.
Dengan menggunakan Honda CRV (tak jelas apakah Honda memang mensponsorinya atau ini memang mobil Benny), yang bahkan digambar sampai ke interior2nya, mereka melewati Cikampek, Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pekalongan, Alas Roban, Semarang, Pati, Tuban, Surabaya, dan Trowulan.
Di setiap tempat, dengan jeli-nya Benny menyoroti muatan truk aneh, truk2 yang panjang dan super lambat, motor yang ugal2an, jalan rusak, pasar tumpah, orang tua misterius di Alas Roban, oknum DLLAJ, peminta sumbangan, penyapu uang bahkan sampai lukisan2 di bak belakang truk.
Saya jadi ingat perjalan saya sendiri terakhir ke Batu, dimana motor bukan cuma digunakan untuk mengangkut tabung gas, melainkan pakan ternak dengan volume nyaris sebesar mobil box, lemari atau bahkan tempat tidur. Menyalip motor seperti ini apalagi cenderung bergoyang membutuhkan sedikit syaraf baja dan banyak doa.
Begitu juga tempat wisata seperti Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Candi2 di Trowulan, Jembatan Suramadu dan tempat unik seperti tempat dengan toilet terbanyak dan tak lupa wisata kuliner seperti, Empal Gentong, Sate Blengong, Lumpia, Nasi Gandul, Rawon Kalkulator dan banyak lain-nya. Akhir kata komik ini super kocak sekaligus penuh dengan informasi yang menarik bagi traveller. Disertai juga dengan tips perjalanan seperti istirahat per empat jam dan bahkan sampai lokasi penempatan "koyo".
Pada setiap bab dihiasi peta perjalanan mengingatkan saya akan Indiana Jones, dan perjalanan pun dimulai mencari kampung "Tingal" yang sudah 40 tahun ditinggalkan Waluyo, namun persis seperti "Waiting for Godot" karya Macbeth, Desa Tingal tak pernah bisa ditemukan, karena fokus utama-nya adalah pencarian itu sendiri.
Dengan menggunakan Honda CRV (tak jelas apakah Honda memang mensponsorinya atau ini memang mobil Benny), yang bahkan digambar sampai ke interior2nya, mereka melewati Cikampek, Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pekalongan, Alas Roban, Semarang, Pati, Tuban, Surabaya, dan Trowulan.
Di setiap tempat, dengan jeli-nya Benny menyoroti muatan truk aneh, truk2 yang panjang dan super lambat, motor yang ugal2an, jalan rusak, pasar tumpah, orang tua misterius di Alas Roban, oknum DLLAJ, peminta sumbangan, penyapu uang bahkan sampai lukisan2 di bak belakang truk.
Saya jadi ingat perjalan saya sendiri terakhir ke Batu, dimana motor bukan cuma digunakan untuk mengangkut tabung gas, melainkan pakan ternak dengan volume nyaris sebesar mobil box, lemari atau bahkan tempat tidur. Menyalip motor seperti ini apalagi cenderung bergoyang membutuhkan sedikit syaraf baja dan banyak doa.
Begitu juga tempat wisata seperti Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Candi2 di Trowulan, Jembatan Suramadu dan tempat unik seperti tempat dengan toilet terbanyak dan tak lupa wisata kuliner seperti, Empal Gentong, Sate Blengong, Lumpia, Nasi Gandul, Rawon Kalkulator dan banyak lain-nya. Akhir kata komik ini super kocak sekaligus penuh dengan informasi yang menarik bagi traveller. Disertai juga dengan tips perjalanan seperti istirahat per empat jam dan bahkan sampai lokasi penempatan "koyo".
No comments:
Post a Comment