Sosok Ayah yang humoris, murah hati dan senang bergaul memang banyak dikenang orang2 khususnya yang memang dekat dengan beliau. Di rumah kami hampir setiap masa selalu ada keluarga baik jauh maupun dekat yang tinggal bersama kami, sebagian ada yang berhasil menjadi "orang" dan itu merupakan kebanggaan bagi Ayah, diantaranya adik Ibu yang kini menjadi professor.
Salah satu yang pernah bersama-sama kami, yaitu sepupu-ku, kebetulan mengirim SMS beberapa hari yang lalu, selain mendoakan almarhum Ayah, ybs juga berkata ada kata2 Ayah yang selalu diingatnya dan menjadi motivasi bagi dirinya untuk selalu berusaha yaitu
"Kalau kamu bisa membuat sapu lidi, maka buatlah walaupun kamu cuma dapat menjualnya seribu rupiah, karena meski kamu bisa membuat pesawat terbang tetapi tidak dibuat, dengan berbagai alasan, sampai kapan pun kamu tidak akan dapat apa2".
Beberapa bulan yang lalu keluarga besar ku mengunjungi Sibolga, kota kecil yang sudah empat puluh tahun tidak lagi pernah kami kunjungi. Kak Eli (saudara perempuan ku yang paling besar) bercerita bahwa penghuni rumah yang kami tinggali dahulu, mengatakan bahwa Ayah masih menjadi orang yang kerap dibicarakan bahkan sampai saat ini, dan dia tak pernah menyangka akan ketemu dengan anak2 almarhum.
Di dekat rumah kami ada desa bernama Cikadempet yang dialiri sebuah sungai lengkap dengan pancuran, ternyata warga desa sekitar menyebut pancuran tersebut pancuran Pak Pohan. Menurut mereka Ayah lah yang membuat pancuran tersebut namun sayang saat hujan lebat dan arus menjadi sangat deras pancuran itu kini lenyap.
Paman-ku dari Surabaya yang sekitar tiga tahun lalu ke Bandung, menjadikan ziarah ke makam Ayah sebagai prioritas, dan beliau berkata "seumur hidup-nya hanya ada dua orang terbaik dalam hidup-nya, dan salah satu-nya adalah Ayah". Merinding mendengar apa yang disampaikan paman, dan ingin rasa-nya dikenang seperti itu, jika kelak waktu kita tiba.
Ayah juga suka membersihkan jalan di depan rumah, menyapu-nya, membersihkan saluran air, dan meratakan-nya. Pakaian seragam yang dia gunakan biasanya topi koboy meksiko, kaos cangkul (dan linggis), celana pendek dan sepatu boot plastik. Sering melihat Ayah beraksi di jalan, menjadi kenangan tersendiri bagi warga yang kebetulan akses ke rumah-nya melewati rumah kami.
Ayah juga merelakan tanah didepan rumah untuk menjadi jalan bagi warga yang memiliki tanah diseberang rumah kami, dan juga merelakan tanah disamping rumah kami dan bahkan juga tanah dibelakang rumah kami menjadi jalan untuk akses bagi warga yang memiliki tanah dibagian bawah rumah (karena rumah kami terletak di bukit). Semoga semua amal baik itu terus menjadi amalan yang tak terputus bagi Ayah di alam baka.
No comments:
Post a Comment