Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana.
Setahu saya tanpa perlu suatu gerakan yang bersifat nasional dengan menggerakkan seluruh petinggi negara ini setiap orang dari dulu sampai sekarang mencintai rupiah. Kuli WC mencari rupiah, pelacur mencari rupiah, professor, anggota MPR, penggali sumur, pengemis, semua bergiat mencari rupiah.
Pada saat kami dulu bersama angkatan 66 bahu membahu melahirkan TRITURA (Turunkan Harga), TURA yang pertama itu bermakna turunkan harga. Maksudnya dengan rupiah yang sedikit diperoleh barang yang lebih banyak. Semakin murah harga, semakin tinggi nilai rupiah, semakin cinta kita kepada rupiah. Itulah kebingungan pertama.
Kebingungan kedua adalah orang-orang yang kini beramai-ramai menjual dollar untuk mendapatkan rupiah, dipuji dan disanjung sebagai pahlawan. Padahal waktu mereka memborong dollar “Si Bung” (Ketua MPR kita yang terhormat) menamai mereka tikus-tikus moneter. Kalau jenis ini saja oleh beliau telah dinamakan tikus, binatang apa namanya pejabat yang me-mark-up harga-harga ? Binatang apa pula namanya yang menyulap penghitungan suara.
Kebingungan ketiga adalah gerakan itu tidak melibatkan rakyat yang tidak mempunyai dollar atau bahkan mengenalnya pun tidak.
No comments:
Post a Comment