Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Topik kali ini mengenai bahasa, dan terdiri dari enam seri.
Akronim adalah singkatan yang dibentuk dari suku kata, huruf atau bagian lainnya. Akronim itu diucapkan dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang baru dan wajar. Mungkin tidak ada bangsa lain di dunia yang paling gemar menciptakan akronim selain bangsa kita. Hampir tidak ada seorang gubernurpun yang tidak mempunyai akronim tentang daerahnya. Kesalahan yang kita lakukan disini adalah, pertama, kita tidak mempunyai pedoman yang baku dalam pembentukan akronim. Ada yang mengambil buntutnya dan membuang kepalanya, dan sebaliknya, ada yang mengambil perutnya tergantung selera masing-masing. Baik "rem" dari akronim Danrem dan "men" dari akronim Menwa sama-sama resimen. "Bang" dapat berarti pembangunan, penerbangan begitupun pengembangan. Kedua, Karena kita membuat semau kita, orang pun dapat memanjangkannya sesuka dia, seperti yang terjadi pada "Pak" bupati dan sekwilda di Sumut. Dan...tahukah Anda bagaimana masyarakat memanjangkan Korpri ? (Bupati bukanlah akronim, tetapi dipanjangkan orang menjadi buka paha tinggi-tinggi, Sekwilda, sekitar wilayah dada, Sumut, semua urusan mesti uang tunai, Korpri, koruptor republik Indonesia. Red.). Ketiga, kita sering memaksakan akronim itu supaya sesuai dengan telinga dan selera kita tanpa memperdulikan telinga dan selera orang lain. Karena tidak ada pedoman baku dalam pembuatannya orang lain tidak dengan segera dapat memahaminya. Kita terpaksa memanjangkannya kembali, sehingga tujuan yang dimaksud tidak tercapai. Dibawah ini kita kutip beberapa diantaranya.
Pramuka adalah akronim dari praja muda karana. Artinya tidak lebih dan tidak kurang sama dengan pandu. Rupa-rupanya "pandu" kita dianggap kurang gagah, kurang bergengsi dan kurang keren. Dicarilah ke manca negara dan bertemulah dengan praja muda karana. Tetapi rasanya terlalu panjang, sehingga perlu disingkat menjadi pramuka yang ternyata lebih panjang dari pandu.
Gerbangkertosusila, akronim dari Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan. Lima diantara keenam kota itu diwakili oleh suku kata awal, sedang "kerto" diambil dari dua suku terakhir dari Mojokerto.
Orang Bandung kalau mau ke Jakarta tidak akan pernah lewat Jagorawi, mereka selalu lewat Wiragoja. Jagorawi adalah nama jalan bebas hambatan dari kacamata Jakarta. Wiragoja adalah jalan yang sama dari kacamata orang Bandung.
Gabsi, Gabungan Bridge seluruh Indonesia. Dari kata "gabungan" diambil ga, dari kata "bridge" diambil b, dari "seluruh" diambil s, dan dari "Indonesia" diambil i. Kita harus adil terhadap sebuah kata sekalipun. Kita harus konsekuen. Konsekuen artinya adalah, tahan azas, menghadapi semua resiko baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Inilah pribadi kita yang ditaati dan dijunjung tinggi.
No comments:
Post a Comment