Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.
Swasembada pangan berbeda dengan swasembada beras. Swasembada beras adalah kecukupan akan beras sebagai bahan makanan, sedang swasembada pangan adalah kecukupan bahan pangan baik beras maupun non-beras. Kebutuhan akan pangan yang tiap tahun meningkat, baik karena pertambahan penduduk maupun karena kebutuhan per orang yang terus meningkat sejalan meningkatnya pendapatan, akan menyangkut masalah pelestarian swasembada pangan. Memandu masyarakat untuk mengubah pola makan dengan mengemas makanan siap-santap (fast food, instant) khas pagi, siang dan malam dengan aneka rasa dari bahan non beras, fermentasi pengemasan d.s.b. pasti memerlukan riset, sejumlah ahli, pengusaha dan ......modal. Kita mempunyai jutaan ha lahan kosong, sedang di sisi lain kita masih mengimpor seperti kedele, gula (baca :tebu) kapas, bawang putih dan sejumlah komoditi lainnya. Menggarap masalah ini; lahan mana untuk tanaman apa, pengusaha mana dan berbagai pertanyaan lain adalah juga lahan garapan yang menyerap tenaga kerja .
Berapa biaya yang dibutuhkan untuk jasuma, ketagila dan suramadu ? Berapa KM lagi jalan yang masih kita perlukan , jembatan, waduk, bandara, pelabuhan, perumahan d.s.b. (!)
Dari uraian tersebut, kita tidak memerlukan DEPNAKER (mudah-mudahan Menaker, tidak mendengarnya ) yang kita perlukan adalah DEPENGDADA, Departemen Pengerahan Daya dan Dana.
No comments:
Post a Comment