Bandung terkenal dengan makanan2 unik-nya, dan selalu ada tradisi memunculkan produk2 baru, mulai dari batagor, brownies kukus, molen pisang, dan lain2. Namun apakah ada yang pernah mendengar Lotek Kipas ? nah jika penasaran ini cerita-nya.
Ayah yang selera makan-nya diatas rata2, kadang tak tahan untuk makan sendirian diluar. Meski sebenarnya dia ingin mengajak keluarga, namun Ibu yang setiap kali harus menghitung2 apakah gaji bulan ini cukup untuk semua keperluan khususnya biaya sekolah kami berempat, biasanya akan menjadi penentang pertama. Alasan yang Ayah berikan untuk mengelabui Ibu biasanya adalah sudah makan tadi saat rapat di kantor.
Suatu hari Ibu dan Kak Eli (kakak tertua-ku dari empat bersaudara) sedang naik angkot Bandung yang disebut teman-ku dari Jakarta sebagai “Laler Hijau” (karena warnya hijau dan “terbang” seenak jidatnya). Menjelang angkot mendekati rumah kami di jalan Galunggung, eh si angkot persis berhenti disebuah warung di sekitar jalan Lodaya, dan terlihat Ayah sedang menunggu seseorang yang sedang membakar sate kambing . Wajah-nya berbinar binar dan ekspresif sekali menunggu gelimangan sate berwarna kecoklatan yang sedang dibolak balik dengan asap harum-nya yang mengepul kemana-mana. Kakak ku yang sempat mau menegur dicegah Ibu, yang sepertinya punya rencana lain setiba-nya Ayah di rumah.
Tak berapa lama Ayah sampai di rumah, Ibu seperti biasa bertanya “Papa mau makan siang ?”, Ayah seperti biasa menyebutkan sudah makan di kantor, Ibu mencecar-nya lagi “Makan apa ?”, Ayah terdiam sebentar lalu menjawab “Papa tadi makan lotek”. Untuk pembaca yang belum tahu apa itu lotek, nah ini adalah pecel ala Jawa Barat. Ibu kembali mencecar “Lotek kok pakai kipas ?”, Ayah terdiam dan lalu menyadari kalau Ibu sudah memergokinya tadi, dan lalu menjawab “Ahhh ohh anu itu,…Papa makan Lotek Kipas” katanya malu sambil menahan tawa.
No comments:
Post a Comment