Tuesday, February 05, 2013

Hansel and Gretel (2103) : Witch Hunter - Tommy Wirkola


Menyesal, ya menyesal itulah perasaan saya setelah nonton film ini, namun karena “termakan” bujuk rayu si bungsu, maka saya dan istri terjebak menonton film ini. Sadis-nya seperti “celebrity death match”, special efect-nya pas2an, dan  skenario-nya lemah.  Make-up-nya juga sangat kasar, sepertinya tidak ada pakar CGI dalam film ini untuk membuat semua monster tampil nyata, serta adegan perkelahiannya tanggung dan lebih mirip kungfu.  Namun tentu bukan sepenuhnya salah si bungsu, saya juga tertipu dengan sosok Jeremy Renner yang sempat memesona saya dan bermain sangat baik dalam film “The Hurt Locker” (2008) karya Karthryn Bigelow.


Jika mengacu pada sumber film ini yaitu cerita karya Grimm bersaudara Wilhelm dan Jacob  (1812), sepertinya tidak aneh kalau film ini cukup sadis. Banyak yang tak menyadari meski karya Grimm sering dikira karya anak2 namun content-nya menyangkut kanibalisme, sihir,  mutilasi, pembunuhan, dll. Dan sebenar-nya begitu melihat logo MTv, saya sudah curiga akan kualitas film ini.

Adegan mesra di kolam antara Hansel dan si penyihir putih makin membuat saya sebal dengan film ini. Beberapa penonton yang membawa anak kecil saya rasa juga pasti menyesal, khususnya mereka yang  mengira ini film anak2 karena tertipu dengan judulnya yang akrab dan mengingatkan mereka sepintas akan rumah yang terbuat dari kue dan permen. Terbukti saat film diputar, beberapa penonton anak2 histeris ketakutan.

Hemm jadi film ini tidak ada positif-nya sama sekali ? nyaris sih namun melihat pemeran Gretel , alias Gemma Arterton cukup terhibur juga. Kecantikan-nya yang klasik dan keseriusan-nya bermain dalam film “dagelan” ini sedikit membuat kita terhibur, itu saja dan tak lebih. Gemma juga mengingatkan saya akan Carrie Anne Moss, tokoh wanita dalam The Matrix. Namun kalau anda pernah melihat Gemma di Quantum of Solace, disini IMO kecantikan-nya tenggelam karena riasan yang salah. Sebaliknya bagi Jeremy Renner , saya kira film ini menjadi blunder. Bagi penggemar karya seperti Lord of The Ring, perbedaan hasil karya Tommy Wirkola dengan Peter Jackson, bak bumi dan langit. Saya menyarankan bagi yang belum nonton tidak perlu menonton film ini, apalagi bagi penonton kritis, kecuali anda bersedia tidak memakai logika selama film diputar.



1 comment:

Scott McLean said...

I like those bands a lot too. Try listening to the band Egg. They were a great progressive rock band too. Khan album Space Shanty is great as well.