Sampai di Yogya menjelang siang kami langsung menuju House of Raminten di jalan FM Noto No 7, dekat Malioboro, ternyata jalan sangat macet dan sesampainya di sana kami masih harus menunggu paling sedikit satu jam untuk makan disini. Juga tidak ada hotel yang tersedia karena semuanya penuh. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke Kaliurang menuju Ullen Sentalu yakni lokasi yang direkomendasikan oleh Si Bungsu. Lokasinya cukup jauh sekitar 21 km dari Yogya melewati Jalan Palagan Pelajar Pejuang.
Di Jalan Palagan kami menyantap Nasi Gudeg Yu Narni yang ternyata lezat, dan menunya hanya terdiri dari Gudeg dan Gudeg dengan segala variasi tanpa ada menu lain sama sekali. Yu Narni juga menyediakan Gudeg yang dapat dibawa sebagai oleh oleh dalam kendil. Nampak susunan kardus dengan cap Yu Narni menjulang di dekat kasir.
Sesampainya di Ullen Sentalu tepatnya di Jalan Boyong Km 25 Kaliurang, baru kami menyadari ternyata disini turis dilarang untuk memotret. Lokasi ini lebih mirip seperti tempat persembunyian yang segala sesuatunya serba dirahasiakan. Wisatawan harus antri di loket dan kembali antri menunggu namanya dipanggil, dan masuk kelompok per kelompok dengan dipandu seorang guide. Guide yang memandu kami seorang wanita cerdas yang fasih berbahasa asing, dengan mantap dia mengajak kami masuk ke lorong-lorong yang separuh-nya berada di dasar tanah dan terkesan lebih mirip gua.
Dia menjelaskan lukisan demi lukisan, corak batik, sejarah Kerajaan Mataram Islam, silsilah kerajaan, dimana seakarang kebanyakan tokoh Kraton Mataram berdomisili, perbedaan Mangkunegara, Yogyakarta, Pakubuwono, dan Pakualam, berbagai pohon yang boleh ditanam hanya oleh kerajaan tertentu saja, misalnya beringin Kembar, serta berbagai peninggalan seperti alat tenun, batik berusia ratusan tahun.
Guide juga cerita bagaimana setiap Raja di Yogyakarta memiliki kewajiban untuk menciptakan tarian. Beberapa tari yang fenomenal adalah Bedoyo Ketawang yang memadukan kelembutan dan ketegasan dalam tariannya dan dilakukan dengan durasi yang cukup lama.
Lalu kami diajak ke bangunan yang indah sekali dan berarsitektur Eropa zaman dulu dan disini akhirnya kami diperbolehkan memotret di sebuah lapangan dengan ukiran besar sebagai background. Pantas saja tidak banyak foto Ullen Sentalu yang dapat kami lihat di internet. Terakhir kami digiring ke sebuah toko yang menjual pakaian kelas atas sebagai akhir dari perjalanan wisata di Ullen Sentalu. Di lokasi parkir kami mebeli sekeranjang besar salak yang baru dipetik, manis dan berair.
Malam harinya kami menuju Yogya untuk menikmati Museum 3D/De Mata dan De Arca, dua lokasi baru tujuan wisatawan di Yogya yang terletak di XT Square Jalan Veteran, Umbulharjo. Berbeda dengan Ullen Sentalu yang segalanya serba dirahasiakan kali ini kami justru dianjurkan menggunakan kamera dengan sepuas-puasnya. Museum 3D sebenarnya biasa saja, namun jika kita menggunakan jasa photografer yang memang disediakan disana, barulah terlihat keunikan set 3D yang disediakan oleh De Mata, yang konon kabarnya merupakan lokasi 3D terbesar di dunia, meski rasanya tidak besar-besar amat. Lalu kami lanjut ke De Arca di gedung sebelahnya yang konon kabarnya merupakan cikal bakal Madame Tussaud ala Indonesia, sayang settingnya terlalu sederhana, dan sebenarnya tidak perlu menampilkan tokoh-tokoh dunia seperti Queen Elizabeth, Mahatma Gandhi, Dalai Lama, apalagi Thor ataupun Spiderman, Frodo Baggins, Gandalf dan Brad Pitt, namun mestinya tokoh-tokoh lokal saja seperti Benyamin Suaeb, Chairil Anwar, Soekarno, dll lebih pantas masuk kesini.
Lalu balik kembali ke House of Raminten, lagi-lagi setelah melewati kemacetan luar biasa kami harus kembali kecewa karena tetap sangat penuh dan tidak ada slot parkir sekalipun, karena perut sudah keroncongan kami membeli roti di Mirota dan sempat diminta petugas parkir yang arogan karena mengira kami pelanggan House of Raminten yang parkir di Mirota. Dalam perjalanan ke Kaliurang kami mampir di angkringan pinggir jalan dan menikmati Ayam Goreng, Burung Dara, serta berbagai penganan lainnya.
Di Kaliurang, Si Sulung dan adik istri malah sempat-sempatnya membeli sate ayam dari warung sekitar untuk melawan hawa dingin. Anak-anak cukup shock menginap ala Home Stay, maklum tempat tidurnya tidak nyaman, WC nya dilengkapi fasilitas yakni keluarga kecoa, selimutnya tipis, airnya dingin luar biasa, namun karena besok pagi sekitar jam 04:00 kami akan lanjut dengan petualangan berikutnya yakni menggunakan Land Rover Canvas Top menuju kaki merapi dan kampung mbah Maridjan akhirnya kamipun terlelap.
Silahkan ke link berikutnya http://hipohan.blogspot.com/2014/12/petualangan-mengelilingi-jawa-part-13.html
No comments:
Post a Comment