Jadi ingat waktu aku bertemu dia pertama kali di RS Advent Cihampelas, Bandung, karena kita berdua sama2 kena lever. Aku kena lever, karena hampir setiap malam “begadang” buat persiapan kuliah, sedangkan dia karena terbentur setir saat tabrakan. Karena kamar kami terpisah oleh gang, kami surat2an dengan dibantu suster Rumah Sakit, kita juga saling kirim puisi, dan dia kadang suka kirim gambar "nakal" buatan sendiri. Dia juga sering cerita bagaimana dia menggoda setiap suster yang manis dan kebetulan didominasi oleh suku Batak dan Manado.
Beberapa bulan kemudian tanpa direncanakan eh ketemu lagi di Politeknik ITB, sebagai mahasiswa baru dan surprise ternyata kita satu jurusan di Teknik Komputer. Saat itu dia masuk bareng "A" (yang biasa dipanggil “T” dengan sebutan "ay** aep") dan mereka berdua memang sama2 alumni SMAN 5 angkatan 1987 dan sekelas. Karena sama2 penderita lever, kita berdua kompak tidak ikutan Resimen Mahasiswa (yang saat itu merupakan kewajiban di Politeknik ITB) serta sekaligus menjadi kaum minoritas dua orang gondrong di jurusan selain “Yk” dan “Yn” (“Yk” yang peranakan Jepang-Solo dan “Yn” yang peranakan Sunda-Batak, memang merupakan minoritas cewek di jurusan kami).
Terus karena kita sama2 ingin kos, aku bahkan menjadi teman sekos / sekamar di tempat pak Siringo ringo agar lebih hemat. Tapi aku hanya sekitar enam bulan kos, sementara “T” terus lanjut di sana sampai setahun-an. Disana sebagian besar temen akrab-nya adalah suku Batak, termasuk “U” yang mantan keyboardist Jamrud (dulu masih dikenal sebagai Jamrock).
Cerita menarik semasa kuliah, saat perut “T” ditonjok “P”
salah satu rekan kami dari Malang karena meneriakkan "***cuk", dengan
maksud bercanda pada “P” yang saat itu telat masuk kelas, tapi situasi-nya
tidak pas. Namun “T” meski anak-nya pemberani tidak lantas panas, dia setengah
berbisik pada ku dan dengan sportifnya mengaku salah.
“T” juga yang mengenalkan aku dengan film dewasa, karena koleksi-nya yang lumayan, dan karena khusus untuk dia, orangtuanya memberi kebebasan "istimewa", saat menyadari putra bungsu-nya ketika kecil agak berpenampilan "feminin". Keistimewaan tersebut menurut “T” diberikan orang tua-nya krn ingin dia menjadi pria seutuhnya. Aku masih inget film yang dia putar saat itu, yaitu film kontroversial mengenai voodoo berjudul “Angel Heart” yang dibintangi Mickey Rourke dan pemeran anak Bill Cosby dalam the Cosby Show. Dia juga yang mengenalkan game "poker nakal" pada teman2 satu angkatan dan sempat kepergok saat dimainkan di laboratorium jurusan. Namun lucunya Bapak Pengawas, sengaja diam dan menunggu persis di belakang “T” sampai semua baju tokoh wanita di game tersebut terlucuti.
Aku juga ingat kalau angkatan atau jurusan kami main sepak bola, “T” lah yang jadi kiper, rasanya main jadi back jadi tenang sekali kalau dia “stay“ di bawah tiang gawang. “Tongkrongan”-nya yang tinggi dan besar serta tidak pernah takut "menabrak" striker lawan bikin kita “pede” melawan jurusan lain.
“T” yang aku kenal adalah penggemar Queen, Tangerine Dream, Kitaro serta album2 solo Freddie Mercury. Koleksi-nya boleh dibilang lengkap. Sementara saat itu aku justru lebih suka Iron Maiden, Megadeth, Metallica, Deep Purple, Led Zeppelin, Genesis, Pink Floyd, dll.
Aku juga ingat dia cukup sering main ke rumah, cuma bukan buat menemui aku, melainkan ibu ku. Maklum saat itu dia sering konflik dengan ibu-nya, dan dia menemukan sosok pengganti dalam diri ibu ku, sehingga sempat terobsesi mencari istri bermarga Lubis seperti ibu. Suatu waktu dia menyatakan rasa sukanya pada adik perempuan ku, namun merasa kurang enak pada ku, karena ketahuan “belang”-nya sebagai "playboy" yang sering tebar pesona sana sini.
Saat aku menikah, dia menyempatkan diri datang setelah izin dari tempat bekerja-nya di Glaxo, salah satu perusahaan di bidang obat2an. Lalu kami dan istri-ku sempat makan malam bertiga di salah satu tempat jajan di Bandung. Saat itu Bandung baru diguyur hujan, dan aku sempat bertanya rencana dia untuk menikah. Kini semua tinggal kenangan, hanya bertahan dua hari di ICU terhadap serangan stroke, akhirnya “T” menyerah dan kembali ke Sang Pencipta, semoga “T” diterima disisiNya, diampuni semua dosa2nya, diterima pahalanya dan diberikan tempat terbaik di sisiNya, selamat jalan sahabat.
“T” juga yang mengenalkan aku dengan film dewasa, karena koleksi-nya yang lumayan, dan karena khusus untuk dia, orangtuanya memberi kebebasan "istimewa", saat menyadari putra bungsu-nya ketika kecil agak berpenampilan "feminin". Keistimewaan tersebut menurut “T” diberikan orang tua-nya krn ingin dia menjadi pria seutuhnya. Aku masih inget film yang dia putar saat itu, yaitu film kontroversial mengenai voodoo berjudul “Angel Heart” yang dibintangi Mickey Rourke dan pemeran anak Bill Cosby dalam the Cosby Show. Dia juga yang mengenalkan game "poker nakal" pada teman2 satu angkatan dan sempat kepergok saat dimainkan di laboratorium jurusan. Namun lucunya Bapak Pengawas, sengaja diam dan menunggu persis di belakang “T” sampai semua baju tokoh wanita di game tersebut terlucuti.
Aku juga ingat kalau angkatan atau jurusan kami main sepak bola, “T” lah yang jadi kiper, rasanya main jadi back jadi tenang sekali kalau dia “stay“ di bawah tiang gawang. “Tongkrongan”-nya yang tinggi dan besar serta tidak pernah takut "menabrak" striker lawan bikin kita “pede” melawan jurusan lain.
“T” yang aku kenal adalah penggemar Queen, Tangerine Dream, Kitaro serta album2 solo Freddie Mercury. Koleksi-nya boleh dibilang lengkap. Sementara saat itu aku justru lebih suka Iron Maiden, Megadeth, Metallica, Deep Purple, Led Zeppelin, Genesis, Pink Floyd, dll.
Aku juga ingat dia cukup sering main ke rumah, cuma bukan buat menemui aku, melainkan ibu ku. Maklum saat itu dia sering konflik dengan ibu-nya, dan dia menemukan sosok pengganti dalam diri ibu ku, sehingga sempat terobsesi mencari istri bermarga Lubis seperti ibu. Suatu waktu dia menyatakan rasa sukanya pada adik perempuan ku, namun merasa kurang enak pada ku, karena ketahuan “belang”-nya sebagai "playboy" yang sering tebar pesona sana sini.
Saat aku menikah, dia menyempatkan diri datang setelah izin dari tempat bekerja-nya di Glaxo, salah satu perusahaan di bidang obat2an. Lalu kami dan istri-ku sempat makan malam bertiga di salah satu tempat jajan di Bandung. Saat itu Bandung baru diguyur hujan, dan aku sempat bertanya rencana dia untuk menikah. Kini semua tinggal kenangan, hanya bertahan dua hari di ICU terhadap serangan stroke, akhirnya “T” menyerah dan kembali ke Sang Pencipta, semoga “T” diterima disisiNya, diampuni semua dosa2nya, diterima pahalanya dan diberikan tempat terbaik di sisiNya, selamat jalan sahabat.
No comments:
Post a Comment