Ayo kita demo BBM jangan demo kenaikan-nya tapi demolah BBM-nya, dengan
mendemo BBM kita akan kreatif memikirkan solusi transportasi dengan sumber
energi lain. Jika yang didemo adalah kenaikannya maka kita hanya menjadi ahli demo. Ayo BUMN sawit jangan buang daun-nya pikirkan agar dapat
menjadi makanan Sapi sekaligus mengurangi impor daging. Dan kotoran sapi dapat
menjadi pupuk sawit.
Begitulah Dahlan Iskan menulis, hemm pola pikir yang asyik untuk diikuti, kumpulkan orang di institusi bermasalah beri ganjaran untuk ide terbaik, buat perencanaan, buat skedul pelaksanaan dan kerjakan (persis seperti buku Ollie yang baru saya baca Yes You Can) . Sesederhana itu ? Ya dan kalau kita sungguh2 maka akan berhasil. Dan jangan lupa turun ke bumi, dengarkan masukan dari orang2 lapangan, ubah energi keluhan menjadi energi kreatif.
Dahlan juga mengenalkan pepatah baru, seperti karena nila setitik rusak susu semalinda. Kaget juga membaca beliau bisa nakal. Atau saat Dahlan menulis soal BUMN gula dengan masalah mesin tua-nya seperti ini, Mesin mesin itu memang masih tetap tua, tapi mesin tua yang dirawat dan yang tidak dirawat tidak akan sama, lihat Widyawati dan Ayu Azhari. Membayangkan jika kedua artis senior membaca bagian ini membuat saya tersenyum sendiri.
Secara leadership ada kemiripan Dahlan dengan Jusuf Kalla, dalam salah satu bab juga terlihat bagaimana Dahlan mengagumi putusan konversi minyak tanah ke gas, yang meski di saat awal sangat banyak mengalami hambatan namun saat ini dianggap sebagai success story. Konversi BBM ke listrik menjadi tantangan baru berikutnya bagi Dahlan.
Membaca buku ini memang membuat kita jadi semangat, meski secara struktur mirip dengan buku Dahlan sebelumnya Dua Tangis Ribuan Tawa namun, kali ini yang menjadi obyek bukan cabang2 PLN diseluruh Indonesia, namun BUMN2 diseluruh Indonesia. Alangkah dahsyat Indonesia, kalau orang dengan energi seperti Dahlan Iskan ini menjadi Presiden dan orang seperti Jokowi menjadi wakil-nya, berani, pelopor, kreatif dan "down to earth".
Begitulah Dahlan Iskan menulis, hemm pola pikir yang asyik untuk diikuti, kumpulkan orang di institusi bermasalah beri ganjaran untuk ide terbaik, buat perencanaan, buat skedul pelaksanaan dan kerjakan (persis seperti buku Ollie yang baru saya baca Yes You Can) . Sesederhana itu ? Ya dan kalau kita sungguh2 maka akan berhasil. Dan jangan lupa turun ke bumi, dengarkan masukan dari orang2 lapangan, ubah energi keluhan menjadi energi kreatif.
Dahlan juga mengenalkan pepatah baru, seperti karena nila setitik rusak susu semalinda. Kaget juga membaca beliau bisa nakal. Atau saat Dahlan menulis soal BUMN gula dengan masalah mesin tua-nya seperti ini, Mesin mesin itu memang masih tetap tua, tapi mesin tua yang dirawat dan yang tidak dirawat tidak akan sama, lihat Widyawati dan Ayu Azhari. Membayangkan jika kedua artis senior membaca bagian ini membuat saya tersenyum sendiri.
Secara leadership ada kemiripan Dahlan dengan Jusuf Kalla, dalam salah satu bab juga terlihat bagaimana Dahlan mengagumi putusan konversi minyak tanah ke gas, yang meski di saat awal sangat banyak mengalami hambatan namun saat ini dianggap sebagai success story. Konversi BBM ke listrik menjadi tantangan baru berikutnya bagi Dahlan.
Membaca buku ini memang membuat kita jadi semangat, meski secara struktur mirip dengan buku Dahlan sebelumnya Dua Tangis Ribuan Tawa namun, kali ini yang menjadi obyek bukan cabang2 PLN diseluruh Indonesia, namun BUMN2 diseluruh Indonesia. Alangkah dahsyat Indonesia, kalau orang dengan energi seperti Dahlan Iskan ini menjadi Presiden dan orang seperti Jokowi menjadi wakil-nya, berani, pelopor, kreatif dan "down to earth".
No comments:
Post a Comment