Sering gagal dalam mencoba mencari buku menarik ke
berbagai toko buku, karena data searching engine tidak terupdate, stock memang
habis atau karena petugas yang ada tidak sungguh2 membantu. Saya memulai
pencarian ke situs penerbit via internet, awalnya karena sudah lama mencari
buku John Perkins, namun saya menemukan judul2 menarik lainnya seperti buku
TMBTDVC karya Lisa Rogak ini.
Judul lengkapnya sebenarnya dengan tambahan unauthorized biography, namun Rogak terlihat cukup bersungguh sungguh dalam membuat buku ini. Dia menemukan cukup banyak fakta menarik tentang siapa Dan Brown dan gaya penulisan Rogak yang detail dan hati2 membuat kita nyaman membacanya.
Apa saja fakta itu ? salah satunya bahwa Brown memulai karirnya sebagai penyanyi, dan bahkan sudah membuat dua album yang cenderung pop meski musiknya secara umum lebih berkualitas dibanding pop kebanyakan. Album pertama dengan judul self titled dan yang kedua berjudul sama dengan judul buku-nya, Angels & Demons. Namun lebih senang di studio dan gamang jika harus menyanyi atau bahkan menari di panggung membuat dia tidak begitu sukses. Sebelum dua album itu Brown juga sempat membuat album eksperimen untuk anak2 dengan suara2 binatang yang dibuat melalui synthesizer berjudul Synthanimal.
Brown yang alumni Amherst University dan Philips Exeter Academy ini memang akhirnya tidak sukses sebagai penyanyi, namun pada dunia artis itulah putra seorang guru
matematika dari New England ini
menemukan kesuksesan yang lain yaitu Blythe, wanita yang 12 tahun lebih
tua, sebagai istrinya, yang kelak menjadi sosok yang selalu menyemangati Brown
dalam suka dan duka, sehingga dapat sukses sebagai novelis top dunia.
Rogak bahkan mengamati setiap syair yang dibuat Brown dan menyimpulkan religiusitas-nya menurun khususnya saat album kedua, dimana Brown terlihat kecewa dengan pencapaian-nya dalam dunia artis saat di Hollywood. Apakah Brown akhirnya menjadi seorang atheist sebagaimana Robert Langdon, tokoh dalam bukunya ? Tak benar2 secara jelas diungkapkan dalam buku ini. Saya jadi ingat Pramoedya Ananta Toer yang memilih menjadi atheist karena mengalami banyak kekecewaan dalam hidupnya sekaligus merasa diabaikan Tuhan. Cobaan memang bisa dikompensasi dengan dua cara, semakin yakin atau malah kehilangan kepercayaan, begitu juga Nando Parrado dalam buku Miracle In The Andes.
Dalam salah satu statemen-nya, Brown memang pernah menyampaikan kesulitan-nya menggabungkan minatnya pada sains yang berbicara denga logika dan sebaliknya agama yang dia anut yang harus cenderung di-imani tanpa kompromi. Sepertinya beban ini akan lebih mudah dilepaskan jika Brown memilih salah satu saja diantaranya. Meski akhirnya Brown lebih condong ke sains, novel pertama-nya Digital Fortress, disorot karena memiliki kesalahan secara teknis. Rogak memberikan informasi tambahan mengenai ide di balik buku ini yakni penggerebekan NSA terhadap lingkungan akademi dimana Brown mengajar, terhadap seorang siswa yang menulis email dengan kata kunci "pembunuhan" dan "Clinton".
Tidak banyak yang tahu bahwa The Da Vinci Code adalah novelnya yang keempat namun juga buku yang keenam. Dua buku pertama lebih merupakan proyek buku humor dan ditulis dengan nama samaran baik ketika menggunakan nama Danielle Brown atau bahkan nama istrinya sendiri (The Bald Book dan 187 Men To Avoid) . Brown sendiri cenderung mengjindari membahas kedua buku awal ini, karena tidak sejalan dengan image Brown sebagai pengarang novel serius.
Akhir kata buku ini meski tanpa seizin Dan Brown bagi saya merupakan buku yang bagus bagi siapapun yang ingin lebih tahu, siapa sebenarnya Dan Brown. Namun rasa penasaran saya mengenai apakah dibalik buku ini ada Illuminati masih tidak terjawab, meski dari agenda-nya relatif mirip, yaitu "penyerangan" terhadap agama. Satu2nya informasi yang mungkin penting adalah nama2 editor buku2 Brown seperti Kaufman dan Goldstein yang dapat merefer ke ras tertentu, meski masih perlu pembuktian.
Judul lengkapnya sebenarnya dengan tambahan unauthorized biography, namun Rogak terlihat cukup bersungguh sungguh dalam membuat buku ini. Dia menemukan cukup banyak fakta menarik tentang siapa Dan Brown dan gaya penulisan Rogak yang detail dan hati2 membuat kita nyaman membacanya.
Apa saja fakta itu ? salah satunya bahwa Brown memulai karirnya sebagai penyanyi, dan bahkan sudah membuat dua album yang cenderung pop meski musiknya secara umum lebih berkualitas dibanding pop kebanyakan. Album pertama dengan judul self titled dan yang kedua berjudul sama dengan judul buku-nya, Angels & Demons. Namun lebih senang di studio dan gamang jika harus menyanyi atau bahkan menari di panggung membuat dia tidak begitu sukses. Sebelum dua album itu Brown juga sempat membuat album eksperimen untuk anak2 dengan suara2 binatang yang dibuat melalui synthesizer berjudul Synthanimal.
Rogak bahkan mengamati setiap syair yang dibuat Brown dan menyimpulkan religiusitas-nya menurun khususnya saat album kedua, dimana Brown terlihat kecewa dengan pencapaian-nya dalam dunia artis saat di Hollywood. Apakah Brown akhirnya menjadi seorang atheist sebagaimana Robert Langdon, tokoh dalam bukunya ? Tak benar2 secara jelas diungkapkan dalam buku ini. Saya jadi ingat Pramoedya Ananta Toer yang memilih menjadi atheist karena mengalami banyak kekecewaan dalam hidupnya sekaligus merasa diabaikan Tuhan. Cobaan memang bisa dikompensasi dengan dua cara, semakin yakin atau malah kehilangan kepercayaan, begitu juga Nando Parrado dalam buku Miracle In The Andes.
Dalam salah satu statemen-nya, Brown memang pernah menyampaikan kesulitan-nya menggabungkan minatnya pada sains yang berbicara denga logika dan sebaliknya agama yang dia anut yang harus cenderung di-imani tanpa kompromi. Sepertinya beban ini akan lebih mudah dilepaskan jika Brown memilih salah satu saja diantaranya. Meski akhirnya Brown lebih condong ke sains, novel pertama-nya Digital Fortress, disorot karena memiliki kesalahan secara teknis. Rogak memberikan informasi tambahan mengenai ide di balik buku ini yakni penggerebekan NSA terhadap lingkungan akademi dimana Brown mengajar, terhadap seorang siswa yang menulis email dengan kata kunci "pembunuhan" dan "Clinton".
Tidak banyak yang tahu bahwa The Da Vinci Code adalah novelnya yang keempat namun juga buku yang keenam. Dua buku pertama lebih merupakan proyek buku humor dan ditulis dengan nama samaran baik ketika menggunakan nama Danielle Brown atau bahkan nama istrinya sendiri (The Bald Book dan 187 Men To Avoid) . Brown sendiri cenderung mengjindari membahas kedua buku awal ini, karena tidak sejalan dengan image Brown sebagai pengarang novel serius.
Akhir kata buku ini meski tanpa seizin Dan Brown bagi saya merupakan buku yang bagus bagi siapapun yang ingin lebih tahu, siapa sebenarnya Dan Brown. Namun rasa penasaran saya mengenai apakah dibalik buku ini ada Illuminati masih tidak terjawab, meski dari agenda-nya relatif mirip, yaitu "penyerangan" terhadap agama. Satu2nya informasi yang mungkin penting adalah nama2 editor buku2 Brown seperti Kaufman dan Goldstein yang dapat merefer ke ras tertentu, meski masih perlu pembuktian.
No comments:
Post a Comment