Thursday, May 23, 2013

Inspirasi dari Hongkong,Macau dan Shenzhen Part #17 of 18 Selamat jalan Shenzhen


Setiap pesta semeriah dan selama apapun pastilah akan berakhir,  begitu juga perjalanan kami kali ini, keesokan paginya kami menuju Bao’an International Airport. Sempat diskusi kendaraan apa yang akan digunakan, mengacu pada pengalaman buruk kami saat tiba di Shenzhen (adik ipar sih menyebutnya dengan Sakaw di Shekou sedangkan Jongkok di Mong Kok istilah yang saya gunakan saat kami di emperan Ladies Market tanpa uang HKD sepeserpun ditangan). Lalu kami memutuskan menggunakan MTR, wuih dengan lima bagasi, dan lima ransel, bukan hal yang mudah ke Airport, jadi kami mengatur strategi, rombongan dibagi menjadi dua dan masuk melalui pintu yang berbeda meski di gerbong yang sama.  Saat kami kesulitan menukar koin, lalu seorang pemuda China ramah bercelana “ngatung” membantu nyaris semua koin yang perlu kami beli dengan memberikan tips dan trick untuk mengatasi kesulitan uang penukar, hemm lagi2 pertolongan Tuhan.




Sedih juga belum sempat mengunjungi Splendid China begitu juga rencana saya mengunjungi restoran China Halal Zhong Fa Yuan Chinesse Muslim Restaurant, di Luo Hu Railway Station atau di Wenjin South Road, maklum saya penggemar Chinesse Food sejak kecil, namun apa daya waktu jua lah yang membatasi.

Airport Terminal-nya sungguh sangat besar dan megah didominasi desain besi dan kaca namun lagi2 dengan petunjuk yang tidak begitu jelas, sepertinya ini memang ciri2 Shenzhen. Melihat Airport seperti ini tak heran kalau China dianggap sekarang kekuatan ekonomi dunia, soal mengalahkan Amerika sih cuma hitungan waktu saja, toh secara cadangan devisa China sudah menujukkan kemampuan dahsyat mereka. Saya jadi teringat Deng Xiao Ping, salah satu tokoh visoner pembaharuan China yang saya kagumi.

Akhirnya kami terbang dengan filght AK1087 Air Asia menuju Kuala Lumpur, untuk kemudian dilanjutkan dengan flight AK1388 menuju Jakarta. Makan malam disediakan sesuai pesanan kami via internet, kali ini saya kebagian Nasi Goreng Sate. Seperti biasa kami transit di LCCT KLIA, kali ini petugas Security-nya lebih galak selain melepas ikat pinggang, dan membongkar tas kami, mereka juga menyita Sambal Terasi, Sambal ABC, yang selama ini justru sudah keliling Jakarta-Kuala Lumpur-Hongkong-Macau-Shenzhen. Rasanya sebal sekali melihat layanan di KLIA ini, terutama setelah bawaan kami disita begitu saja, padahal selama ini tidak pernah jadi masalah. Apalagi ini kan cuma bandara transit baik saat pergi maupun pulang, jadi kenapa justru menjadi yang paling rewel ?. Mereka juga melarang minuman di dalam tas, padahal di ruang transit justru dijual minuman, dan meminta kami menghabiskannya di depan mereka  dengan setengah menghardik.  Namun saya rasa bersabar lebih baik, sisa duit yang ada saya belikan Kwetiaw Kuah Sapi, sementara istri membeli beberapa kotak coklat untuk oleh2 di Duty Free dengan menggunakan passport.




Tak lama terdengar pengumuman dan kami pun bergegas ke pesawat sekaligus mengakhiri perjalanan panjang, melelahkan  dan asyik ini, dan lalu sampai di Jakarta sekitar jam 22:00 malam dalam keadaan penat. Bagaimana tidak melelahkan, badan sangat pegal, paha lecet, begitu juga kaki, kulit wajah berubah menjadi lebih kelam. Saat jalan menuju pintu keluar, rindu akan masakan Indonesia langsung saja kami lampiaskan dengan melahap Bakmi GM dan tentu saja Teh Botol wuihh sedap-nya.

Tiga hari setelahnya saya demam dan flu berat, sepertinya karena Rabu tengah malam sampai di Jakarta, langsung kerja di Kamis, dan rapat sampai malam di hari Jumat dilanjutkan dengan acara kantor All Hands Meeting di Sentul di hari Sabtu serta baru bisa kembali sampai di Bandung Sabtu sore, dan kembali lagi  ke Jakarta Senin Subuh untuk meeting dengan presdir di kantor.


Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/05/inspirasi-dari-hongkong-shenzen-dan.html

No comments: