Thursday, May 23, 2013

Inspirasi dari Hongkong,Macau dan Shenzhen Part #13 of 18 The Venetian dan Macau Tower





Karena salah satu tempat terbaik untuk melihatsemenanjung Macau disebelah Ruins St Paul Church ternyata tutup pada hari Senin, kami merencanakan ke Fisherman’s Wharf setelah menunggu bis hampir satu jam lama-nya, namun apesnya lagi2 tutup, lalu kami lanjutkan ke City of Dream, eh lagi2 tutup, ya sudah kalau begitu ke The Venetian saja.  Untuk pergi kesini cukup mudah dari terminal selalu ada bus2 gratis yang sebenarnya diperuntukkan bagi para penjudi, bahkan kalau mau masuk ke Casino-nya sekalian anda juga akan mendapatkan minuman gratis. Buat pembaca hati2 kalau memilih hari Senin untuk jalan2 di Macau sepertinya ini hari libur bagi beberapa tempat menarik disini.




Cukup kaget melihat lokasi yang konon kabarnya Casino terbesar di dunia ini.Asal tahu saja sesuai informasi terakhir perputaran duit judi di Macau sudah mengalahkan Las Vegas.  Hemm lantas ngapain kami kesini ? mana dua dari anggota rombongan berjilbab lagi, ya sebenar-nya sih kami mengincar wisata Gondola, yang cukup terkenal. Hemm kalau ke Venesia sepertinya belum ada kesempatan jadi nyoba yang imitasinya saja dulu. Cukup kaget juga melihat istri yang berjilbab berjalan dengan pede-nya di depan anggota rombongan diiringi pandangan heran dari orang2. Sementara saya memilih jalan di belakang, entah kenapa saya tidak begitu pede berjalan di tempat judi seperti ini. Eh malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, mendadak saat mau menaiki eskalator di ballroom super besar, ada yang memanggi nama saya. “Pak Husni,.. Pak Husni .. !”. 




Hiks ternyata teman kantor yang dulu pernah satu team di Health and Safety Environment (alias HSE) dan sedang mengikuti acara Intel di Macau. Waaa ..it’s small world, dengan wajah agak malu saya langsung menjelaskan tujuan saya bukan berjudi, namun mengajak anak2 main gondola di lantai atas. Tak lama kami pun menikmati jalan2 dan  foto2 di The Venetian, sambil menunggu anak2 yang bolak balik pakai Gondola yang kebetulan pengayuh berpostur raksasa yang memang orang Italia, dan sangat fasih menyanyikan O Sole Mio. Orang tua gak perlu naik, maklum tiketnya cukup mahal untuk rute yang begitu singkat hampir 100 ribu per orang.


Pulangnya sudah tengah malam, namun istri saya yang memang keras hati ingin mengganti City of Dream dan Fisherman’s Warf yang gagal dengan destinasi lain yaitu Macau Tower, maka kami pun berjalan ke terminal bis terdekat. Dan saat menyebrang jalan wahhh apa itu ? ternyata ada bangunan baru yang lebih besar dari The Venetian, sepertinya rekor Venetian sebagai Casino terbesar sudah pecah, namanya Galaxy, gapura-nya saja super besar banget. Wuihh memang perputaran duit haram di Macau ini bener2 gila2an.










Nah saat menuju Macau Tower, sepertinya Supir tidak terima dengan jumlah duit yang kami masukkan ke kotak disamping-nya, dan sempat dia menolak berangkat, sementara kami berkeras sudah pas. Saat hal ini terjadi, para penumpang di belakang mulai marah dan menggerutu, akhirnya si Supir meneruskan perjalanan namun dengan wajah marah, Waduh benar2 situasi yang tidak nyaman bagi kami. Perjalanan ini melewati jalan layang yang indah dan dibangun diatas permukaan air.





Akhirnya sampailah kami di Macau Tower, menara setinggi 338 meter, tiketnya sekitar 10 USD perorang, ada dua lantai yang biasa digunakan untuk melihat pemandangan di ketinggian, yaitu lantai 58 (Main Observation Floor) dan 61 (Observation Deck). Sayang seribu sayang sudah berharap dapat menebus kekecewaan di Sky Terrace Hongkong karena kabut, eh disini ternyata dinding-nya berkaca, dan apesnya di lantai 61 ada balkon yang selalu saja mengganggu sudut pengambilan gambar.  Balik lagi ke 58, tidak ada balkon namun lampu di ruangan menyala semua, jadinya memantul di kaca, terpaksa saya menggunakan jaket ponakan untuk mencegah lampu ruangan memantul di kaca, namun tidak berhasil juga sepenuh-nya, waduh sedih juga nih.




Lantas kami kembali pulang, seorang eksekutif muda tampan dan berjas dengan ramah membantu kami memilih rute dan dia menyarankan kami untuk kembali ke terminal, serta menunggu di Bis untuk rute sebaliknya. Namun sesampainya di terminal supir malah menyuruh kami turun, dan menolak kami untuk menunggu di Bis. Kali ini kami dibantu seorang wanita muda yang manis, untuk rute menuju Senado Square agar bisa segera makan malam. Hemm selalu saja ada orang2 baik disepanjang jalan, terima kasih Tuhan, dan ini sangat menginspirasi kami untuk berbuat baik bagi orang lain. Teringat juga kata2 Uje almarhum, kenapa kita sering tidak perduli pada orang lain, padahal saat ada musibah, orang lain yang menolong, orang lain yang memandikan jenazah, orang lain yang menggali kuburan, orang lain yang memakamkan dan orang lain juga yang mendoakan kita.





Setelah makan2 kebab di McDonald yang terletak di seberang Starbuck,  saya sempat kembali potret sana sini kali ini dengan mode monochrome, maklum karena cahaya yang terbatas, sepertinya lebih baik noise yang ada dimunculkan dengan hitam putih sehingga lebih terkesan artistik dibanding gambar pecah. Puas memotret kami kembali ke East Asia Hotel dengan berjalan kaki.


 

No comments: