Thursday, May 23, 2013

Inspirasi dari Hongkong,Macau dan Shenzhen Part #16 of 18 Windows of The World



Di MTR Shenzhen, kami tidak menggunakan kartu melainkan ke mesin penukar uang yang banyak tersedia dengan koin yang menggantikan tiket. Tinggal memencet line yang dipilih, lalu menekan image tujuan di peta yang ada di mesin, dan lantas koin plastik keluar begitu saja. Tapi kalau duit kertas-nya kusut, mesin menolak proses pembelian koin, jadi kadang harus disetrika secara manual  terlebih dahulu. Kualitas gerbong dan lain2 tidak beda jauh dengan Hongkong dan Singapore, tapi jangan kaget kalau melihat gelandangan yang penampilan-nya lebih mirip suhu partai Kay Pang, dalam dunia Kang Ow dibanding gelandangan biasa. Di dinding kereta ada iklan Kopiko, hemm bangga juga rasanya melihat produk Indonesia ada di luar negeri.



Jangan kuatir nyasar, karena Windows of The World adalah salah satu stasion MTR, begitu turun kita menaiki eskalator yang cukup curam, setelah sebelumnya memasukkankembali koin plastik ke mesin yang sekaligus sebagai gerbang keluar. Eh.. begitu keluar langsung di miniatur The Glass Pyramid of Louvre. Eskalator ? yahhh jangan kaget di MTR Shenzhen, Eskalator benda langka, berbeda dengan Hongkong dan Singapore, disini nyaris semua subway adanya ya tangga biasa.




Segera kami foto2 dan langsung menuju loket, yaaa sayang seribu sayang, kendaraan khusus untuk keliling jam operasinya sudah selesai. Istri yang sudah tidak kuat berjalan akhirnya tidak sanggup meneruskan perjalanan di sini. Akhirnya cita2 lebay kami untuk foto2 didepan Borobudur tidak jadi deh. Namun sempat melihat lihat Eiffel, Egypt Gate, China Gate, Louvre, Fuji Mountain, Shwedagon Pagoda, The Angkor Wat, Taj Mahal, Sydney Opera House (waduh yang ini sepertinya kurang terawat), Pisa, The Idyllic Sight of Windmill, Arc de Triomphe (jalan kemenangan yang konon kabarnya menghadap ke Mekkah dan dibuat setelah Napoleon terkesan dan berkunjung ke timur tengah), House of Parliament, London Tower Bridge, Alcazar Castle (ini salah satu yang paling bagus menurut saya), Cologne Cathedral , dan yang lain-nya dengan sangat menyesal karena hari sudah mulai malam, taman sudah mau tutup dan istri keletihan sangat.




Saya sempat harus ke toilet di Windows of The World, yahh ternyata tidak ada tissue, serta shower, pantesan kebanyakan toilet di Shenzhen sangat kotor. Terpaksa dengan teriakan ala Tarzan saya minta tolong anak membawa botol aqua ke dalam toilet serta mengisinya kembali, karena botol-nya relatif kecil. Si Sulung sempat menjuluki dirinya petugas air cebok di Windows of The World.



Memotret disini sangat menarik, karena bangunan dibuat dengan rapi dan benar2 mirip dengan aslinya. Hanya saja Eiffel terlalu besar, sehingga mengganggu pada nyaris setiap gambar. Frustrasi mencari sudut seperti saat memotret Alcazar Castle, akhirnya mau tak mau saya potret saja sekalian menara "menyebalkan" ini. Namun Eiffel disini memang memiliki fasilitas semacam Lift untuk naik keatas, seperti-nya kalau bicara ukuran Eiffel di Windows of The World lebih tepat dikatakan kembaran beda ukuran dibanding miniatur. Hati2 kalau memotret Eiffel, karena huruf China-nya sangat menganggu pemandangan.





Kembali ke gerbang depan, kami menuju panggung sendra tari yang cukup megah, sayang-nya sepertinya tari-nya sudah dimodifikasi. Nampak dari beberapa adegan, dimana penari2nya menggunakan pakaian yang lebih mirip pakaian renang, meski jubah-nya tetap menggunakan model tradisional.  



Keluar dari taman, kami lagi2 makan di KFC ayam dan kentang, istri yang ke toilet di luar taman, kembali dengan muka muram, serta sama sekali tidak mau cerita apa yang dia lihat di toilet, dia cuma bilang lebih baik nahan deh. Sepertinya lokasi yang begitu menarik masih harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan yang memadai.


Saat jalan pulang, Ibu2 seperti biasa menghabiskan sisa mata uang asing di Dongmen, secara umum tidak ada produk yang menarik. Namun saya tertarik dengan produk Four One, yang simbolnya empat buah angka satu, desain-nya menarik dan terkesan tidak asal2an. Meski anak2 membeli sesuatu, saya dan istri sama sekali tidak membeli apapun bagi kami sendiri, kecuali untuk oleh2. Saya sempat tergoda dengan Victorinox saat di Macau, atau lensa Macro Canon saat di Hongkong, namun akhirnya tidak jadi membeli apapun.

Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.sg/2013/05/inspirasi-dari-hongkong-shenzen-dan_23.html

No comments: