Thursday, May 23, 2013

Inspirasi dari Hongkong,Macau dan Shenzhen Part #12 of 18 Senado Square dan Ruins St Paul Church


Tak sempat istirahat, karena energi yang terkuras di Hongkong, selesai sholat lalu kami segera berangkat lagi, kali ini karena semua bagasi ditinggal, kami dapat kembali lincah tidak seperti sebelumnya yang sempat tersandung sandung sambil bawa bagasi, maklum trotoar di Macau tidak rata.  Melintasi trotoar disini asik juga, bangunan-nya yang bernuansa Eropa, trotoar yang cantik, wajah2 kombinasi Portugis dan Chinese yang rupawan, dan tentu saja Pastelaria Koi Kei yang sangat terkenal dengan Egg Tart dan Klapper Tart nya. Lewat depan toko-nya saja sudah membuat lapar.  Di beberapa sisi, kami sekeluarga sepakat ada nuansa Singkawang khususnya ruko2 lantai dua, trotoar yang sempit, dan warung masakan China seperti Kwetiaw di pinggir jalan atau warung2 kopi.



Lalu sampailah kami di Senado Square, salah satu landmark Macau seluas 3200 m2, yang di kelilingi bangunan2 bersejarah dan ditengah-nya dihiasi air mancur membuat tempat ini terasa eksotis. Kami segera menuju McDonald untuk santap siang, dan dilanjutkan dengan berjalan terus melintasi jalan kecil yang melewati toko2 asesoris dan dendeng babi. Hemm baunya khas, karena saya sering melewati salah satu toko seperti ini saat menuju mushalla di Central Park, alias Bee Cheng Hiang.







Macau adalah daerah khusus kedua dari China, berbeda dengan Hongkong yang berperan sebagai pusat bisnis, Macau mirip dengan Las Vegas, merupakan pusat judi. Disaat awal daerah ini dihuni nelayan Fujian dan petani Guangdong. Lalu pedagang Portugis buyutnya Pepe, Jose Mourinho dan Christiano Ronaldo datang ke sini yang lalu mendirikan kota perdagangan. Lokasi ini unik karena pertemuan budaya Timur dan Barat (seperti Istanbul atau Konstantinopel kalau di Eropa), termasuk China, Jepang, India dan Eropa. Kenapa disini erat kaitan-nya dengan agama Katolik, karena daerah ini dulu merupakan penugasan Franciscus Xaverius setelah sebelumnya ditugaskan di Jepang.  Berbeda dengan Hongkong yang terbagi lima, Macau hanya terbagi menjadi empat yaitu, Macau Peninsula, Taipa, Cotai dan Coloane.  Bahasanya menggunakan kombinasi China dan Portugis, sedangkan pariwisata menggunakan bahasa Inggris. Mata uang yang digunakan adalah MOP.




Disalah satu toko ada yang unik, nampak sebuah kios kecil dengan wajah bertampang Arab campur Eropa , ternyata es krim Turki, segera saja rombongan membeli es krim ini, yang ternyata sangat lengket, dan si penjualnya sangat usil. Berkali-kali seakan mau memberikan namun ujung-nya diputar putar sambil mempermainkan si pembeli. Tak tanggung2 adonan sebesar satu setengah kepala orang dewasa mendadak dia julurkan begitu saja pada orang yang lewat. Rasanya sih biasa aja, namun cara menawarkan-nya cenderung spektakuler. Melihat kami tak lupa dia mengucapkan salam ala muslim.




Lalu kami kembali jalan, jalan-nya terus menyempit dan menanjak, dan lalu mendadak lapang, dan di depan kami mendadak muncul gapura dan dinding depan Ruins of St Paul’s Church. Bangunan dengan warna gothic ini terlihat menjulang di ujung ratusan anak tangga, dan sama sekali tanpa bangunan lain apapun di belakang-nya. Jadi persis seperti setting bangunan di film2 koboy, hanya tampak depan dan tak ada banguan lain dibelakang-nya. Gereja ini dibangun tahun 1602, tadinya disebelahnya ada Jesuit College of St’s Paul, namun keduanya terbakar dan menyisakan halaman depan yang masih memesona dan terkesan tragis dengan empat baris tiang lengkap dengan ukiran dan patung2. Setelah restorasi bagian belakang diubah menjadi museum, yang dikelilingi kotak2 kaca yang menyimpan bekas pondasi2 di masa lalu termasuk tulang belulang dari masa itu.


Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/05/inspirasi-dari-hongkong-shenzen-dan_9552.html

No comments: