Monday, November 17, 2014

Interstellar (2014) - Christopher Nolan

Love is the one thing that transcends time and space. 


Dampak teori relativitas Einstein dipaparkan dengan gamblang dalam film ini, Cooper sang pilot pesawat angkasa luar, meninggalkan anaknya saat masih 14 tahun, dan setelah selamat dari salah satu planet yang dicapai via wormhole, lewat video yang dikirim dari bumi, dia baru menyadari usia anaknya sudah sebaya dengan dirinya. Lalu saat menyelamatkan diri untuk kembali ke Bumi dengan masuk melalui Blackhole, akhirnya dia bertemu dengan anaknya yang sudah menjadi seorang Nenek saat menjelang sekarat.

Melengkapi teori Einstein, dalam film ini diadopsi juga pendapat Kip S. Thome salah satu fisikawan yang meyakini bahwa wormhole dengan medan gravitasi tinggi dapat digunakan sebagai mesin waktu.  Ceritanya sendiri bermula dari situasi Bumi yang semakin tidak mendukung bagi kehidupan. Tumbuhan yang bisa ditanam relatif hanya jagung, itupun tidak terlalu baik. Debu yang terus menerus menghujani Bumi menyebabkan penyakit, dan bencana bagi ternak serta tanaman-tanaman lainnya. Entah kenapa tidak disebutkan secara jelas kapan kejadian dimaksud, sementara model mobil sepanjang film sepertinya masih model-model saat ini dan teknologi roket pendorong tingkat tiga yang digunakan dalam film, masih merupakan teknologi saat ini. 




Karena bintang terdekat berjarak ribuan tahun cahaya, maka tidak ada alternatif lain kecuali menggunakan wormhole dan blackhole untuk mencari lokasi berikutnya bagi peradaban manusia. Jika semesta diibaratkan sebagai selembar kertas, maka saat anda melipat kertas hingga kedua ujungnya bertemu, disitulah wormhole berada, dan itu sebabnya kita dapat menempuh jarak dari ujung semesta yang satu ke ujung yang lain dengan jauh lebih singkat. Misi mereka bertujuan meneliti tiga planet yang diduga dapat menjadi alternatif pengganti Bumi. 

Selain berbicara mengenai berbagai macam teori fisika, salah satu yang menarik adalah, hubungan ayah dan anak perempuan digambarkan dengan sangat cantik dalam film ini, apalagi kedua anaknya sudah tak lagi memiliki seorang ibu. Namun hubungan Cooper dengan Ayahnya tidak digambarkan dengan cantik, terutama saat adegan Cooper dengan ekspresi sinis menyebut ayahnya oldman, ketika mengantar kedua anaknya sekolah. Film ini juga mencoba menjawab definisi hantu,  sebagai sosok yang terjebak dalam ruang waktu. 





Set yang dipilih untuk menggambarkan kehidupan petani jagung yang diperankan oleh Cooper dan ayahnya mengingatkan saya akan film Sign yang dibintangi Mel Gibsond an Joaquin Phoenix. Jika Sign dibesut M Night Shyamalan, maka Insterstellar di besut oleh Christopher Nolan. Meski menurut Nolan dia justru menjadikan film-film selain Sign sebagai referensi yakni 2001: A Space Odyssey (1968), Star Wars: Episode IVA New Hope (1977), Close Encounters of the Third Kind (1977), Alien (1979), dan Blade Runner (1982).

Adegan film ini dibuka dengan adegan awal yang sangat menarik, saat Cooper dan kedua anaknya menerabas ladang jagung untuk mengejar Drone yang melayang layang rendah di angkasa meski pusat pengendalinya sudah tidak lagi berfungsi sejak 10 tahun lalu. Sambil si sulung menyetir, Cooper menggunakan perangkat komputer jinjingnya untuk mengambil alih Drone dan memanfaatkan sumber daya penangkap energi mataharinya. Saat nyaris saja mereka terhempas ke danau, akhirnya mereka berhasil menaklukkan Drone buatan India tersebut.  

Matthew McConnaughey bermain dengan sangat baik disini, kesan pria manis dalam Contact atau metropolitan dalam How to Lose a Guy in 10 Days atau Failure To Launch ,berubah menjadi citra pekerja keras, berwajah letih dengan ekspresi sinis, kehilangan pekerjaan sebagai pilot, ditinggal pergi istri selama-lamanya dan harus mengasuh kedua anak yang masih belum dewasa, menjadi petani jagung saat wabah debu menyerbu bumi, menyiratkan gurat-gurat kecewa dan penderitaan di wajahnya. Demikian bagusnya akting McConnaughey, sampai sampai saya tidak langsung mengenali wajah kerasnyanya dalam film ini.  

Anne Hathaway yang terkenal sejak Princess Diaries,bermain biasa saja dalam film ini. Justru akting dahsyat Matthew diimbangi oleh akting pemeran Murphy Law sang anak dengan baik, Murphy anak diperankan oleh McKenzie Foy dan Murphy dewasa yang diperankan oleh Jessica Chastain dua-duanya bermain dengan baik. Pemilihan Michael Caine sebagai Prof. Brand dan Matt Damon sebagai DR. Mann, juga sangat membantu kematangan film ini. Sehingga special effectnya yang terkesan biasa-biasa tidak terlalu mengganggu. Khusus special effect, desain pesawat atau juga desain robot (TARS)  yang digunakan memang terkesan out to date, bahkan mesin waktunya Marty (Michael J. Fox) dalam trilogi Back To The Future masih terasa lebih modern. Bagi saya justru Gravity-nya Alfonso Cuaron terlihat lebih baik secara special effect. Hal ini cukup aneh, mengingat Nolan pernah menyutradarai "The Dark Knight Rises" dan "Man of Steel".  Untung saja fotografi alam semestanya masih cukup baik (sayang saya tidak menonton versi IMAX yang konon kabarnya lebih dahsyat) , dan Hans Zimmer sebagai komposer mampu mengangkat level film ini dengan scoring berkelas. 

Ada juga adegan-adegan yang kurang dikemas dengan baik, misalnya saat Romilly bertemu kembali dengan Cooper dan Brand dengan meninggalkan rekan mereka yang terjebak di Tsunami di Planet Air , dan lalu mengatakan "Aku sudah menunggu selama 23 tahun". Namun sayangnya rias wajah Romilly tidak menimbulkan kesan 23 tahun lebih tua. Selain itu beberapa hal menarik bagi saya;

1.Logo Warner Bros, Paramount, Syncopy and Legendary Pictures terlihat sephia dan berdebu, sebagaimana situasi kota kecil dimana Cooper tinggal.

2. Saat diskusi awal, disebutkan Planet Es, merupakan lokasi aman dari blackhole, namun saat mereka terjebak, ternyata blackholenya cukup dekat


3. Saat terjadi perdebatan apakah memang terjadi pendaratan di Bulan sangat menarik, karena sampai saat ini memang masih terjadi kontroversi, meski saat ini sudah 2014, kita belum lagi mendengar ada pendaratan lainnya. 

Akhirnya film sepanjang nyaris 3 jam ini selesai dengan memberikan kesan positif dan tak terkesan picisan layaknya Armageddon (1998), meski leher terasa sakit sampai Senin pagi keesokan harinya, karena dapat tempat duduk paling depan dan pojok kiri pula. Serta kepala dipenuhi kompleksitas wormhole, blackhole, dunia lima dimensi, pelengkungan waktu, dan lain-lain.  Demikianlah akhirnya gambaran misteri diluar sana, sedangkan penciptaan manusia saja masih misteri, apalagi dengan semesta diluar sana. Apa hal terpenting dalam film ini ? tentu saja waktu, karena itu saya tutup review ini dengan (QS. Al ‘Ashr: 1-3).


"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” 

No comments: