Sunday, November 02, 2014

Perjalanan Haji : Berawal Dari Niat Part #1 dari 16



Labbaika allahumma labbaik, 
labbaika laa syariikalaka labbaik, 
innalhamda wanni’mata laka, 
walmuka laa syariikalak 
Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah, 
aku datang memenuhi panggilanMu, 
ya Allah aku penuhi panggilanMu, 
tidak ada sekutu bagiMu. 
Sesungguhnya segala puji, 
segala nikmat dan 
segala kekuasaan adalah milikMu semata. 
Tidak ada sekutu bagiMu. 

Materi ini sudah lama tersimpan di kepala, karena rasanya masih saja tidak ada waktu untuk menuliskannya kembali. Namun di dorong niat yang kuat untuk berbagi, saya putuskan untuk menyelesaikannya, semoga bermanfat bagi yang ingin berkunjung ke Tanah Suci, Aamiin YRA. Untuk yang masih harus menunggu lama karena pembatasan dari Pemerintah Arab Saudi, tidak ada salahnya jika rezeki cukup, kita memilih untuk menjalankan umrah terlebih dahulu, hal ini akan sangat membantu kita memahami bagaimana Ibadah Haji seharusnya dijalankan. 





Setelah anak-anak bisa menerima rencana saya dan istri akan melakukan perjalanan Haji, maka kamipun mulai memilih milih program apa yang kira-kira cocok untuk diikuti. Karena merasa nyaman dengan Khalifah Tour saat umrah,  kami memutuskan untuk mengikuti ONH Plus dari Khalifah Tour kembali. Tadinya istri ingin memilih program 17 hari (Maghfirah) dibanding program 23 hari (Rahmah) . Sedangkan alokasi kamarnya mengambil yang sekamar berempat, artinya dia bersama tiga wanita lain-nya, sedangkan saya bersama tiga pria lain-nya. Kenapa tidak regular ?, sejujurnya secara waktu sangat sulit bagi kami ditambah kondisi anak2 yang masih belum dewasa. Namun jika anda mengira ONH Plus berarti segala sesuatunya pelayanan plus, maka anda bisa jadi salah, karena itu sebaik-baiknya bekal adalah kesabaran dan keikhlasan, yang nantinya kami buktikan sendiri, saat berjam jam terjebak di Bandara Jeddah menunggu pesawat yang tak kunjung lepas landas atau sanitasi di Arafah misalnya yang kurang lebih sama saja, jadi lebih baik menyiapkan diri anda untuk hal-hal yang terburuk yang bisa terjadi dengan bekal sabar dan ikhlas.

Karena menurut saya akan menyulitkan koordinasi, maka saya memilih untuk mengambil program 23 hari tetapi dengan sekamar berdua. Secara biaya kurang lebih sama dengan program 17 hari sekamar berempat, namun lebih lama di tanah suci dan mudah-nya  koordinasi dengan istri membuat saya memilih program ini. Sekamar berdua tidak berarti kami akan selalu berdua selama 23 hari, karena menjelang  ibadah Haji yang sebenarnya antara pria dan wanita akan dipisahkan di Aziziah, begitu juga di Mina serta Arafah, dan begitu juga saat kembali ke Aziziah dan baru bisa kembali bersama di Jeddah menjelang pulang ke Tanah Air. 

Lalu kami secara resmi  mendaftar di awal 2010 dengan asumsi akan berangkat di 2013. Namun ternyata beberapa minggu kemudian secara mengejutkan, kami mendapatkan informasi bahwa ada alokasi jatah keberangkatan di  tahun yang sama. Meski bahagia namun kami juga disertai rasa was-was. Jujur saya masih merasa belum siap. Seperti yang pernah di tulis oleh Utstadz Budi Prayitno, pergi  Haji adalah belajar mati, yakni belajar ikhlas berpisah dengan dunia, lalu belajar menerima semua ketentuan Allah selama menjalankan ibadah. 

Selama berinteraksi dengan manajemen travel, entah karena suara saya yang berkarakter bariton, pihak Khalifah Tour meminta saya sebagai pemimpin rombongan Regu 1, setelah diskusi dengan istri, saya memutuskan untuk menerima tanggung jawab tersebut. Tugas-nya antara lain memastikan semua anggota rombongan lengkap, sebagai penghubung dengan manajemen mana kala ada jamaah yang berhalangan seperti sakit, dll. Saya juga harus memberi perhatian khusus pada jamaah yang berusia lanjut, agar selalu dapat bersama-sama rombongan dalam melakukan semua ibadah.

Sebelum berangkat saya dan istri, membuat surat wasiat, dengan menunjuk salah satu saudara kami yang bersedia mengurus segala sesuatu jika ada hal-hal yang tak diinginkan terjadi. 
Tak lupa kami siapkan berbagai telepon penting, dokumen-dokumen kendaraan, tabungan, asuransi, rumah, dll Lalu serangkaian nasihat bagi kedua anak kami. Khususnya mengenai apa-apa yang harus dilakukan manakala terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Setiap kali pembicaraan di mulai, si bungsu selalu terlihat murung, sebaliknya anak sulung kami terlihat sangat dewasa dalam menanggapi semua pesan-pesan kami. Lalu saya meminta tolong Ibu kandung saya yang sudah berusia 74 tahun menemani kedua anak kami tinggal dirumah selama kepergian kami. 

Lanjut ke http://hipohan.blogspot.co.id/2014/11/berangkat-haji-skedul-haji-part-2-dari.html

No comments: