Thursday, November 13, 2014

Hugo Chavez - Rory Carroll

Sedih mengenang beliau saat membaca buku ini, sejujurnya sebagai negara diluar negara-negara yang sudah maju dan mapan, kita butuh tokoh pemersatu. Setelah Soekarno, dan mungkin sedikit banyak Mahathir Mohammad yang juga sempat di juluki Little Soekarno, Chavez adalah tokoh yang paling pas. Sayang beliau sudah pergi meninggalkan rakyat-nya untuk selama-lamanya. Keberaniannya mengatur dan mengontrol investasi pemerintah asing dan tangan-tangan di belakangnya saat memerintah Venezuela sangat mengagumkan, sementara keberpihakannya pada rakyat benar-benar mengharukan. 

Kejutan bagi saya melihat judul buku versi Indonesia, menjadi "Hugo Chavez, Soekarno dari Venezuela".  Karena judul asli-nya adalah "Commandante Hugo Chavez's Venezuela". Mungkin akan lebih pas, penempatan kata "Soekarno dari Venezuela" sebagai kata pengantar saja, karena Carroll sendiri tidak mengatakan hal yang persis sama. Memang konon kabarnya Chavez adalah pengagum Soekarno, namun buku ini dibuat oleh Carroll, jadi sudah sepantasnya apa yang ditulis Carroll tidak terkesan dipelintir untuk kepentingan publikasi semata.




Carroll mencatat bahwa Chavez benar benar menggunakan media secara optimal untuk membuat kedekatan secara khusus dengan rakyat-nya. Analogi Carroll terasa kocak, karena saat Chavez memulai pidatonya di televisi, menurut Carroll, dia bisa naik kereta bawah tanah, melintasi kota, membayar beberapa tagihan, menemui seorang teman untuk minum kopi, membeli keperluan, mengambil cucian, pulang kerumah dan Chavez masih saja berbicara. 

Melalui media kita bisa melihat Chavez mengumumkan berbagai hal yang tak terduga seperti nasionalisasi, referendum, mobilisasi tentara, pergantian kabinet. Dalam setiap acara Chavez bisa menyanyi, menari, ngerap, mengendarai kuda, tank atau sepeda, menembakkan senjata, menimang bayi, marah, mencium, melucu, termasuk menjadi negarawan atau sesekali menunjukkan sikap otoriternya, tanpa satupun yang bisa melarangnya. Televisi dan radio ada dibawah kekuaasaan Chavez, dan dia bisa  interupsi acara apapun dengan hal-hal yang dia anggap penting. 

Namun demikian Chavez adalah fenomena, dia menjadi simbol harapan dan kebebasan, bukan cuma bagi Venezuela namun bagi sebagian besar negara dunia ketiga. Chavez lah yang memegang kendali atas industri minyak Venezuela dan mengaturnya agar memberikan keuntungan bagi rakyatnya.Chavez juga menjadi seolah sosok pengganti Simon Bolivar, yang dianggap sebagai penyelamat bangsa-nya. Masih jelas dalam ingatan saat beliau  menyebut George W. Bush sebagai setan dan terang-terangan menjalin kerja sama dengan Libia (Qadhafi), Iran (Ahmadinejad) , dan Kuba (Castro) dan bahkan mendukung Argentina soal Falklands/Malvinas.  

Bagi Hugo Chavez berbicara di depan rakyatnya adalah suatu kebahagiaan, hal yang biasa bagi beliau untuk berpidato 3 jam-an. Termasuk di tengah guyuran hujan dalam kampanye terakhirnya di Caracas. Chavez meninggal pada hari Selasa 5 Maret 2013, setelah dua tahun mengidap kanker, mengakhiri 14 tahun kepemimpinannya di negara Amerika Selatan ini.Penyakitnya sendiri mengundang kontroversi karena sempat ada dugaan bahwa beliau sebenarnya dibunuh. Beliau wafat dengan meninggalkan pemikirannya tentang kapitalisme, kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, penolakan terhadap Eropa Sentris dan mengangkat kebanggaan akan budaya lokal. 

Dari beberapa sumber lain selain buku Carroll saya juga menemukan beberapa hal unik mengenai Chavez, seperti 

1. Pada Juni 2009, Presiden Chavez melarang peredaran minuman ringan Coke Zero. Dia mengklaim minuman rendah kalori itu tidak sehat, tetapi dia tidak mengelaborasi pernyataannya. "Produk itu harus ditarik dari peredaran untuk menjaga kesehatan warga Venezuela," kata Chavez kala itu.

2. Dalam acara televisi dan radio mingguannya, Alo Presidente, pada Oktober 2005, Chavez juga melarang perayaan Halloween di Venezuela. Dia menilai Halloween adalah "teror kaum imperialis" dan bagian dari tradisi Amerika "menyebar ketakutan ke negara lain, menyebar ketakutan kepada rakyat".

3. Chavez ternyata penggemar berat baseball. Saat mengunjungi AS pada Juni 1999, beberapa bulan setelah dilantik, dia berkesempatan melakukan lemparan pertama di Stadion Shea, New York, dalam laga klub baseball New York Mets. Pemimpin berhaluan sosialis ini juga membunyikan bel penutupan perdagangan di lantai bursa New York.

4. Chavez sangat tidak suka olahraga golf, yang menurutnya adalah olahraga para borjuis. Dia juga menyebut mobil golf adalah perlambang betapa malasnya para pemain golf. Para pengikut setia Chavez kemudian membatalkan dua turnamen golf di negeri itu karena menganggap pemeliharaan lapangan golf sangat besar sementara banyak warga negeri itu hidup dalam kemiskinan.

5.Pada 2005, Chavez mengunjungi South Bronx, New York. Dalam pidatonya di sebuah gereja setempat, Chavez menjanjikan minyak dengan harga murah untuk warga miskin di sana. Lewat Citgo Petroleum, anak perusahaan minyak Venezuela di Amerika, dia menyediakan minyak pemanas dengan potongan harga hingga 40 persen. Citgo juga menjanjikan bantuan 3,6 juta dollar AS selama tiga tahun untuk menciptakan lapangan kerja dan merehabilitasi kawasan itu.

6. Saat berpidato dalam Hari Air Sedunia 2011, Chavez menyatakan kehidupan Planet Mars berakhir karena salah kapitalisme.

7. Meski Chavez bukan fans kapitalisme, tetapi dia adalah pengguna Twitter yang sangat aktif. Hingga wafatnya, Chavez memiliki empat juta followers. Dia bahkan menghadiahi sebuah apartemen baru untuk follower-nya yang ke-tiga juta.

8. Chavez adalah pengagum pemimpin Kuba, Fidel Castro. Dia bahkan bergabung dalam sebuah kuartet untuk menyanyikan lagu "Happy Birthday" merayakan ulang tahun ke-75 Castro pada 2001.

9. Meski garang di dunia politik, Chavez ternyata memiliki sisi artistik juga. Pada Desember 2011, dia memberi Presiden Argentina Cristina Fernandez de Krichner sebuah lukisan dirinya bersama Nestor Kirchner, almarhum suami sang presiden. Ternyata lukisan itu adalah hasil karya Chavez. "Banyak orang tak percaya bahwa saya yang membuat lukisan itu," kata Chavez.

10. Chavez juga membuat Sala de la Esperanza atau Kantor Harapan, yang memroses harapan-harapan rakyat pada pemerintahannya. 

Siapa Carroll ?  Beliau adalah reporter, begitu juga ayahnya sedangkan ibunya adalah seorang kolumnis yang menurut Carroll adalah penulis terbaik dalam keluarganya. Lahir di Dublin 1972 dan besar di Negeri Tintin karya komikus Herga, yakni Brussels. Carroll pernah bertugas di Roma, Italia, seputaran Mediterrania, Balkan, Pakistan, Afghanistan dan lalu Johannesburg, dan lanjut ke Kongo, Liberia, Zimbabwe, dan juga Irak dan bahkan sempat diculik selama dua hari. Tahun 2006 Carroll ditugaskan ke Amerika Latin, sebagai koresponden. Di Amerika Latin dia mengunjungi Peru, Meksiko, Chili, Nikaragua, dan Haiti untuk meliput berbagai peristiwa dunia di sana. Saat di Amrika Latin tinggal di Caracas ini lah yang membuat dia tertarik untuk membuat buku tentang Chavez. Saat ini Carroll berdomisili di Los Angeles.   

No comments: