Sunday, November 02, 2014

Perjalanan Haji : Jeddah Part #14 dari 16


Di Jeddah kami menginap di Inter Continental Hotel,  dan disinilah kita kembali merasakan denyut nadi kehidupan dunia,  mulai dari mall2 dengan pakaian ala barat, restoran2 Amerika, televisi dengan siaran tanpa sensor semisal pertandingan tenis dan lain2. Sedangkan di Madinah dan Mekkah, hal-hal seperti itu sama sekali tidak kita lihat. Wahabi seakan akan hanya eksis di dua kota haram.

Setelah sholat di Masjid Terapung yang terlihat resik dibanding saat Umrah, kami makan malam di sebuah restoran terkenal dengan masakan yang menggoda selera. Namun salah koordinasi saat menginap menyebabkan kami lagi-lagi disuguhi jamuan makan malam di hotel. Tanpa ba-bi-bu sebagian besar jamaah langsung lanjut dengan makan malam kedua. Sementara tour leader kami Pak Rustam Sumarna,  kami nampak sedikit gugup dan berusaha koordinasi dengan managament hotel yang sudah memasukkan makan malam mewah tersebut sebagai tambahan biaya. Melihat situasi yang sulit dan jamaah yang sudah tidak bisa dikendalikan, saya dan istri mengambil inisiatif dengan diskusi bersama tour leader, sehingga akhirnya diambil keputusan untuk mengganti biaya makan malam dengan tidak breakfast keesokan harinya. Alhasil panitia berkoordinasi untuk menyediakan makanan khusus yang dibeli sendiri serta mengetuk kamar demi kamar keesokan paginya memastikan semua jamaah makan di kamar masing-masing. Tour leader akhirnya bisa bernafas lega, bisa menghindari pengeluaran tak terduga karena peristiwa tersebut.




Suatu malam rombongan mampir ke salah satu Mall di Jeddah, terbelalak mata melihat pakaian sutra, minim dan transparan yang banyak dijual di sana. Rasanya tak aneh kalau salah seorang teman yang tahu, dibalik pakaian mereka yang tertutup, kebanyakan wanita kalangan tertentu di kota-kota seperti Jeddah, budaya mereka sebenarnya sudah banyak yang mengikuti kebudayaan barat.

Siangnya kami mampir di Baso Udin, yang sayang-nya  disajikan dengan stereo foam dan sendok plastik. Di Dekat Mang Udin terdapat dua buah toko oleh2 Arab Saudi. Namun setelah di cek dengan benar, ternyata tidak banyak yang asli merupakan produksi Saudi Arabia.  Bahkan kain motif kiswah yang kami beli pun ternyata buatan Indonesia.

Pada sore hari-nya ada tawaran untuk menyaksikan hukuman pemenggalan akibat kasus pembunuhan, namun saya tidak begitu berselera menontonnya. Jadi saya dan istri memilih untuk menyusun ulang koper kami agar cukup untuk semua oleh-oleh yang dibawa. 

Lanjut ke http://hipohan.blogspot.co.id/2014/11/berangkat-haji-jabal-magnet-part-15.html

No comments: