Thursday, July 26, 2012

Senyum Abadi - Gene Luen Yang dan Derek Kirk Kim

Komik aneh ini memiliki tiga cerita, namun tidak terlihat benang merah secara teknis ilustrasi pada ketiga cerita ini, sehingga terkesan dibuat oleh orang yang berbeda. Cerita kesatu dan kedua masih sedikit berhubungan karena masing2 ada tokoh kodok-nya, namun cerita ketiga seakan akan lepas. Bagi saya yang baru saja membaca Laika karya Nick Abadzis, rasanya secara kualitas jauh banget dengan komik ini.
Cerita pertama menceritakan mimpi seseorang pemuda bernama Duncan  yang “gagal” dalam kehidupan sosialnya dan lantas bermimpi dengan tokoh dalam dunia nyata-nya muncul kembali sebagai mahluk2 yang aneh dalam dunia mimpinya. Penggambaran-nya sedikit sadis termasuk berkali kali adegan pemenggalan kepala dan darah yang menyembur. Pantas saja direkomendasikan untuk dewasa. Diakhir cerita Duncan bertemu dengan dirinya sendiri sekaligus mengingatkan musuh-nya yang sebenarnya tak lain dan tak bukan adalah dirinya sendiri.


Cerita kedua, terlihat seperti sindiran pada komik Paman Gober, Donal Bebek dan ketiga ponakan-nya. Alkisah disebutkan sekumpulan kodok hidup dalam suatu tempat. Tokoh yang mirip Paman Gober inilah yang menjadi tokoh sentral. Hobinya pun mirip yaitu mandi uang, dan dengan karakter luar biasa pelit. Namun karena salah satu tindakan kekasaran yang dia lakukan sehingga akhirnya membunuh tokoh yang memerankan Donal Bebek, maka muncul sebuah tangan dari langit dan menariknya ke dunia dimana sutradara yang sebenarnya beraksi. Lalu dia akhirnya menyadari semua kehidupan-nya ternyata hanya pura2, dia dan kodok2 lain selama ini ternyata muncul dalam acara “reality show” untuk anak2. Karena menolak untuk kembali ke dunia maya, akhirnya dia kabur meninggalkan sang sutradara, dan memilih untuk menikmati kolam yang sebenarnya. Topik seperti ini mengingatkan saya akan film Jim Carrey “The Truman Show” yang disutradarai Peter Weir, yang menceritakan tentang reality show seorang anak yang tinggal di kota fiktif sampai dewasa, sehingga dia satu2nya aktor utama yang tidak menyadari bahwa diluar dia semuanya adalah figuran dan penonton.
Cerita Terakhir, kisah gelap seorang karyawan IT yang karir-nya tidak lagi dapat terangkat bernama Janet karena dianggap berkinerja biasa2. Murung karena menghadapi masa suram dalam karirnya, menyebabkan dia iseng merespon email Pangeran Nigeria yang sedang kesulitan keuangan (seperti email yang biasa kita terima)  Meski tahu dirinya ditipu, namun Janet menikmati itu dan tidak mau terbangun dari “mimpi”, sampai harta-nya harus terkuras habis. Dan bahkan ketika dia bertemu dengan Sang Penipu, dalam khayalnya Janet masih seakan akan melihat pangeran impian-nya.
Secara teknik gambar, komik ini tidak memesona, karena masih rata2 dan bahkan terkesan seperti teknik yang biasa digunkan untuk komik anak2. Begitu juga dengan ekspresi tokoh2nya, mengingatkan saya akan komik Archie, khusus Duncan. Saya tidak begitu merekomendasikan buku ini, apalagi untuk anak2, namun kalau harus memilih, cerita ketiga sekaligus terakhir saya anggap sebagai cerita terbaik diantara ketiganya.

No comments: