Saat pertama kali melihat buku ini saya sudah langsung tertarik, benar2 melawan arus, namun karena sedang dalam kondisi buru2 saya putuskan untuk membelinya di kesempatan kedua. Akhirnya tiba lah kesempatan kedua, namun sialnya saya lupa judulnya, sempat bengong di depan mesin pencari Gramedia MTA, meski ditemanin seorang petugas, kami berdua tetap tidak tahu apa kata kunci yang perlu dimasukkan. Saya cuma bisa mengingat bukunya berwarna hijau norak, huruf yang digunakan seperti tulisan tangan, pengarang-nya kolaborasi penulis dan ilustrator, serta judul-nya ada hurufnya BT-nya. Untunglah ada petugas kedua yang meski awalnya juga mengerutkan kening, namun dengan sigap diantarnya saya ke rak yang dimaksud.
Malam-nya saya garap langsung buku ini, dan tidak saya lepas sebelum habis. Ilustrasinya yang kocak plus jelek habis, font type antik yang digunakan (dinski casual handwriting, nicholas frespech dan black metal sans), bab2nya yang super aneh dan adegan pembuka-nya benar2 ganjil sekaligus asyik. Juga kuis2nya yang norak dan konyol.
Salah satu kuis menarik, adalah mempelajari karakter kita sendiri yang akhirnya menghasilkan lima kesimpulan mengenai berbagai tipe, yaitu “Kutu Loncat”, “Anak Itik”, “Singa Sang Raja Sabana”, “Kura Kura Dalam Perahu” dan “Monyet Nakal”, namun kocaknya di bagian akhir setiap kesimpulan selalu ada kalimat yang mirip bahwa buku ini cocok sekali buat anda dan lanjtkan membaca.
Apa sih pesan utama buku ini ?, saya melihat penulis ingin mengingatkan bahwa waktu akan habis, dan tanpa melakukan apa2 kita hanya akan jadi penonton selamanya, begitu banyak diluar sana hal2 yang sangat menarik untuk kita eksplorasi, mulai dari cara me-mecah-kan telor ala tukang martabak, bahasa isyarat, moonwalk dance, memasak, membuat sabun, bagaimana mengontrol mimpi dengan “Lucid Dream”, dll. Jadi jangan sia2kan waktu anda dan “Life Your Live To The Fullest”.
Buku ini juga mengingatkan, kebahagiaan hidup bukan melulu soal pencapaian2 besar, melainkan kebahagiaan ada dimana mana termasuk hal2 kecil yang harus kita hadapi sehari-hari. Kuncinya Cuma satu, gunakan kelima panca indra yang kita miliki, dan kita akan menemukan “Simple Joys of Life”. Hemm saya jadi ingat nenek ajaib dalam “Sagai No Gabai Bachan”. Bagaimana dengan kesederhanaan yang dia miliki dia jalani hidup dengan riang gembira. So “Carpe Diem !” atau raihlah hari ini.
Secara tidak sadar saya sendiri ternyata selama ini juga melakukan hal2 yang dianjurkan di buku ini, yaitu masih belajar gitar, belajar membuat lagu, belajar menulis blog yang lebih menarik, belajar mendengar native speaker berbicara bahasa inggris, belajar membaca cepat, belajar mengenai aspek finansial yang harus diketahui seorang manajer, belajar fotografi digital, belajar jenis2 masakan baru, belajar membuat review, belajar memahami musik2 progressive baru, belajar kreatif, dll. Saya tutup review ini dengan salah satu kata mutiara yang dikutip dari buku ini tentang betapa terbatasnya waktu meski kita berusaha menggunakan-nya dengan sebaik-baik-nya, oleh Bernard Berenson “Seandainya saja aku bisa berdiri di perempatan yang ramai, dengan topi tengadah di tangan dan meminta semua orang melemparkan waktu yang mereka buang setiap harinya”.
No comments:
Post a Comment