Tuesday, July 31, 2012

Uda Domma #10 Akhir Sebuah Kisah

Saat Uda pulang kampung tersebut sebenarnya kami telah berada di Sibolga. Sedangkan jarak antara Sibolga dan Sibakkua pun tidak begitu jauh dan  dengan kondisi medan saat itu dapat ditempuh selama kira2 2 jam perjalanan darat. Namun Ayah dan Ibu pun tidak mengetahui kabar Uda sedikitpun. Dengan kondisi daerah dan fasilitas komunikasi yang ada pada saat itu, antara kami dan Uda benar2 terputus kabar.

Mendengar akhir kisah kehidupan yang singkat itu, Ayah dan Ibu tercenung menghela nafas panjang dalam diam. Mereka sangat terharu dan sangat menyayangkan akhir tragis hidup Uda Domma. Seorang pemuda pekerja keras yang lurus dan berfikiran sederhana. Sederhana dalam berfikir dan bertindak, namun ternyata singkat pula perjalanan hidupnya.

Bagaimana pula dengan orang2 yang sempat muncul dalam era kehidupan singkat Uda ? Waktu akhirnya membuktikan, tidak berselang lama setelah Uda diusir, FH tersandung kasus pemberian kredit (a.l. usaha bank dalam bank), Celakanya, MH termasuk kelompok pertama dan terdepan yang turut menjatuhkan FH.  Karir FH, sejak saat itu, benar2 amblas, semua bukti2 yang memberatkan dan rekan2 sekitar yang tidak memberikan dukungan, membuat FH menjadi tersangka pelaku utama, dan seluruh harta FH ludes disita untuk mengganti kerugian bank. Posisi FH terjun bebas menjadi pegawai biasa dan FH harus minggir dari arena untuk menyerahkan kedudukannya. Karir FH yang cemerlang dan gemilang benar2 jatuh terkapar dan untuk selama sisa hidupnya, FH tak pernah lagi bisa bangkit bersinar seperti sebelumnya.

MH sendiri minimal dari sisi finansial kemudian berjaya, karena selain mendapat posisi jabatan yang lebih tinggi, MH juga membuka profesi sampingan sebagai rentenir  (mirip bisnis bank dalam bank – dan tentunya dengan modus yang lebih berhati2). Selain itu, MH rajin nyambi sebagai dosen (yang kemudian banyak dicomplaint mahasiswa karena kerap meminta imbalan kepada mahasiswanya, agar mahasiswanya tidak dipersulit kelulusannya). Dari berbagai usaha sampingannya itu, MH hidup layak dan berkecukupan, sampai memiliki lapangan tenis pribadi yang kemudian disewakannya sebagai tambahan penghasilan. Namun, di puncak kejayaannya, MH justru kehilangan seluruh isi brankas yang disimpan di rumahnya sendiri.

Sampai hari tuanya pun, MH tidak pernah mengetahui siapa pelakunya karena tidak ada tanda2 kerusakan atau tanda2 paksaan apapun pada brankas. Dan di akhir hayatnya, MH akhirnya meninggal setelah didera sakit gula yang parah. Dan apapula yang tersisa dalam ingatanku tentang Uda ? Uda Domma adalah contoh sosok orang yang berhati lurus. Pekerja keras yang berfikiran sederhana, berperasaan halus dan berhati tulus. Namun hatinya yang tulus dan perasaannya yang halus dihantam oleh kenyataan pahit, bahwa ternyata ada orang yang sanggup bertindak sedemikian tega. Semoga Allah meridhoi Uda dan menyelimutinya luka2 hatinya dengan kasih sayangNya.

Sekarang, jika sesekali aku melintas jalanan dimana jejeran pohon mahoni tegak berbaris diterpa bayang2 matahari condong, ditingkah dedaunan yang bergerak perlahan dihembus angin sore yang dingin, aku teringat Uda Domma.
  
Jakarta, 10 Sya’ban 1433.

No comments: