Ini buku kedua Mice yang saya baca, isinya merupakan kartun politik yang dimuat di harian aliran “keras” Rakyat Merdeka. Tak dijelaskan dalam buku ini, apakah ide2nya sepenuhnya merupakan kreasi Mice atau dengan masukan dari redaktur. Pada harian tertentu, apa yang disampaikan biasanya merupakan hal yang menjadi pokok perhatian pada saat koran tersebut terbit, sehingga sangat jamak jika ada campur tangan redaksi, namun tidak ada informasi apakah hal ini terjadi di Rakyat Merdeka.
Buku ini cukup tebal untuk ukuran komik, sekitar dua ratus halaman dan berisi kartun politik dari 2010 hingga 2011. Berbeda dengan karya Mice dalam Obladi Oblada Life Goes On yang diterbitkan satu kali seminggu, kartun politik Mice di Rakyat Merdeka terbit tidak hanya di akhir minggu.
Membaca buku ini kembali mengingatkan kita akan peristiwa2 politik di era tsb. Saya tertarik menyoroti SBY yang didalam buku ini menjadi satu bab sendiri dan memang memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 15%, buku ini seakan akan menyimpulkan gaya kepemimpinan SBY yang terkesan lambat seperti saat menangani “penghinaan” Malaysia. Juga karakter SBY yang “ngambek” saat berkunjung ke Belanda karena protes kelompok separatis RMS. Tidak ketinggalan hobi SBY membuat album musik (pada akhir 2011 SBY meluncurkan album-nya yang keempat) dan menanam pohon juga diangkat oleh Mice dengan gaya-nya yang kocak. Serta kasus macet di jalanan yang diakibatkan iring2an Presiden lewat.
Selain SBY buku ini mengangkat bab2 lain seperti Korupsi (10%), Presiden (15%), Menteri (7%), Partai (9%), DPR (13%), Gayus Nazar (9%), Penegak Hukum (8%), KPK (8%), Kasus Besar (7%), Internasional (9%), dan PSSI (7%). Khusus DPR sebenarnya yang mendapatkan porsi kedua terbesar yaitu 13%, Mice mengangkat ketidak pedulian pada masyarakat kecil, yang bahkan diangkat menjaid cover buku ini, misal-nya renovasi toilet 2 Milyar, renovasi parkir 3 Milyar dan renovasi ruang rapat 20,7 Milyar.
DPR digambarkan saat aktivis PKS kedapatan melihat situs porno saat rapat, budeg karena tidak mendengar aspirasi rakyat, hobi bolos, studi banding keluar negeri dengan jumlah anggota yang berlebihan (namun ujung2nya malah melihat tari perut), konspirasi di badan anggaran, ketua DPR yang dinilai membiarkan anggota-nya tanpa hukuman, miring-nya gedung DRP dan rencana renovasi, Marzuki Ali yang berulang kali mengeluarkan statemen kontroversial, jual beli pasal UU, dll.
Bahasa simbol dalam buku ini tidak banyak, berbeda dengan gaya Sibarani atau GM Sidarta yang sering menggunakan simbol, dalam buku ini hal tsb tidak terlalu terlihat, padahal ini salah satu keunggulan sekaligus kekhasan kartun politik. Meski demikian kadang Mice menggambarkannya juga seperti saat SBY menunjukkan wajah kepedasan saat mengunyah cabe yang dengan tulisan “kritik mega”. Atau saat kabinet SBY dinilai terlalu gemuk, SBY digambarkan menjadi lebih gemuk.
Akhir kata buku ini sangat menarik, dia menggambarkan hal2 menarik dalam periode tersebut, dan melihatnya membuat kita seperti melihat cermin bangsa.
No comments:
Post a Comment