Monday, April 08, 2013

Ayah dan Asikin Part #2 Akar Kayu

Hobi lain ayah adalah menikmati dan berkreasi dengan barang – barang seni a.l. barang – barang dari kayu. Pada saat orang belum banyak memperhatikan akar2an atau bonggol kayu jati, maka ayah telah mulai melirik dan mengutilisasi keindahan akar kayu jati ini. Walaupun ayah tidak mahir bertukang namun, ayah akan memanggil tukang kayu untuk mewujudkan idenya. Dengan sepotong akar2an dan beberapa potong olahan kayu jati, maka ayah akan muncul dengan berbagai ide perabot, entah itu asbak rokok di samping kursi goyang, atau tempat hiasan yang bertingkat – tingkat.

Mengetahui akan hobi ayah itu, maka Asikin menitipkan pada ayahnya di kampung untuk mengumpulkan akar2an kayu jati yang memang banyak terdapat di daerah mereka. Ayah Asikin telah mengumpulkan satu truk akar2an termasuk sebatang pohon jati yang sudah demikian tuanya sehingga memutih dan dalam proses untuk membatu/ memfosil. Sayangnya - pada saat itu – kami belum memiliki tempat tinggal yang tetap. Sehingga kayu itu dititipkan kembali untuk sementara, dan entah berada dimana sekarang ini.

Asikin sangat rajin dan sangat dekat dengan dengan kakakku dan aku. Beliau sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga kami dan saat di Babat pun beliau tinggal bersama2 di rumah dinas kami.

Babat, pada saat itu , adalah daerah yang banyak memiliki kubangan dan rawa – rawa, sehingga Babat pun kesohor karena nyamuk yang luar biasa banyaknya. Ibu cerita, saat itu, andai kita sembarangan menepukkan tangan ke atas kepala, maka paling tidak duapuluhan nyamuk akan terkena tamparan tangan kita. Asikin yang sangat pulas kalau tidur pun tidak luput dari keganasan nyamuk Babat. Puluhan ekor nyamuk gemuk akan menjalar kekenyangan di sekitar badannya. Pernah kata Ibu, suatu kali kamar kami disemprot dengan obat anti nyamuk. Setelah ditunggu beberapa saat dan lantai disapu, maka hasilnya adalah 1 mangkok bakso yang dipenuhi nyamuk Babat.

Masih menurut penuturan Ibuku, Asikin sangat sabar dalam memberiku makan dan kerap mengajakku bermain – main di kandang kambing. Aku menyebutnya ’ubit – ubit ambing’. Artinya mencubit atau menarik – narik kulit kambing. Aku sendiri tentunya hanya bisa membayangkan kejadian tersebut dari foto2 tua yang ada, dimana tampak kami berfoto bersama di rumah dinas Kantor Pos Babat yang disekitarnya banyak ditumbuhi oleh  tanaman lidah buaya.

No comments: