Thursday, April 18, 2013

Couplepreneur - Darmadi Kurniawan dan Ita Lestari

Apakah istilah ini baru ?, sebenarnya sih tidak juga, Jean R. Charles sudah membahas ini di tahun 2006 dalam buku-nya "Couplepreneurs : Prosperity Through Partnership". Namun untuk lingkup Indonesia, rasanya buku yang dibuat 2012 ini bisa dikatakan sebagai yang pertama dan uniknya memang disusun oleh Couplepreneurs juga, alias Darmadi Kurniawan dan Ita Lestari.
Darmadi dan Ita juga sepertinya terinspirasi Kiyosaki, karena mengingatkan kita akan empat kuadran Kiyosaki.  Mereka berdua yang tadinya seorang profesional (kuadran kedua), bersama sama akhirnya banting stir menjadi enterpreneur (kuadran ketiga). Berawal dari kekecewaan akan layanan apotik, akhirnya membuat Darmadi dan Ita membuat sendiri apotek dengan mengutamakan layanan yang ramah dan bersahabat.

Kenapa saya membeli buku ini, ya karena saya sendiri masih bolak balik antara kuadran 1 dan kuadran 2. Sementara istri yang tadinya juga merangkap kuadran 1 dan kuadran 2 dan bahkan 3, per Maret 2013 kini full di kuadran 2 dan 3. Tentu saya berharap ada masukan yang baik dari buku ini sebelum terjun bersama istri ke kuadran 3.

Terus apa hebat-nya Couplepreneurs ? Hemm jangan salah sangka, menurut Thomas J. Stanley di Amerika, 92% milyuner adalah pasangan suami istri, setengah dari mereka telah menikah dengan usia pernikahan minimal 28 tahun, dan seperempatnya bahkan sudah mencapai usia pernikahan minimal 38 tahun.



Darmadi dan Ita juga mengingatkan kita, akan pengaruh  lingkungan, karena seperti kata Charles Jones, "5 tahun dari sekarang kita adalah orang yang sama kecuali anda melakukan dua hal, berteman dengan orang2 yang berbeda dan membaca buku2 yang berbeda juga".
Buku ini juga mengingatkan kita akan penting-nya memiliki bisnis sendiri dan menjalankan-nya atas prinsip2 sistem, karena tidak perduli seberapa besarpun gaji anda jika anda berhenti kerja besok, maka berhenti juga jugalah gaji anda. 

Hal yang menarik bagi saya antara lain Gemba Tour, yakni suatu cara untuk turun ke lapangan memastikan semua prosedur dan sumber daya sudah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Gemba sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti "Go and See The Problem". Hemm mengingatkan saya akan gaya Jokowi. Gemba merupakan syarat utama "Rapid Transformation".

Hal menarik lain-nya adalah buku ini dipenuhi dengan berbagai voucher discount, baik apotik, klinik gigi, workshop, dan bahkan fotografi, sepertinya ini terinspirasi dari tips-nya Bong Chandra dalam buku2nya.  Untuk kemasan buku sendiri mirip buku Andrea Hirata "Padang Bulan" dan "Cinta dalam Gelas", dimana ini sebenarnya dua buku yang dijadikan satu dengan cover yang saling berlawanan arah.

Secara keseluruhan studi kasus dalam buku ini terasa kurang banyak dan kadang kurang relevan, Kaspersky sebenarnya contoh yang bagus bagi Couplepreneur, sayang-nya justru bercerai, Dell bahkan tidak jelas kaitan-nya dengan Couplepreneur. Kesimpulan saya meski isi-nya bagus, namun buku ini tidak begitu enak dibaca, juga  karena bagian tertentu khusus-nya  seperti buku kedua yang terkesan sangat "text book".

Review ini saya tutup dengan "Faith is taking the first step when you don't see the whole staircase" Marthin Luther King, Jr.

No comments: