Monday, April 08, 2013

Ayah sebagai Politikus PNI Part #3 Kesangsian Ibu

Mendengar kisah itu, aku rada2 geli campur tercengang tak percaya. Betapa terkadang situasi singkat dalam kehidupan seseorang, di suatu titik, di suatu situasi dan di suatu masa bisa membolak balik kehidupan seseorang menghasilkan sesuatu atau akibat yang tak terduga – duga  di masa puluhan tahun mendatang.

Namun Ibu yang merasa ‘sangsi dan gamang’ dengan dunia politik yang menurut Ibu ‘tidak 100% bersih’ tidak sepenuhnya mendukung pencalonan ayah tersebut, sehingga akhirnya Ayah kembali fokus pada posisi-nya semula, yakni sebagai karyawan Pos dan Giro.

Bertahun berselang, ditengah roda kehidupan kami yang bergerak berputar di tempat secara perlahan, dan terkadang diam atau bahkan mundur , terkadang Ibu menghela nafas mengingat situasi saat itu. Apakah Ibu mnyesal tidak sepenuhnya mendukung ayah ? Karir Ayah di Pos dan Giro memang tidak begitu mulus. Ayah yang kreatif, demokratis dan sering potong kompas dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan berdasarkan urgensi dan nurani ternyata tidak ‘match’ dengan suasana kantor yang birokratis. Kata Ibu, kalau saja saat itu diberikan izin/ dukungan, paling tidak mungkin saat itu Ayah sudah jadi bupati.

Namun di lain pihak, Ibu pun bersyukur bahwa kehidupan kami tidak sampai dicampuri dengan kehidupan politik yang tentunya memerlukan keteguhan hati dan idealisme yang tidak putus agar tidak tergelincir ke dalam hal2 yang tidak bersih, meragukan dan syubhat.

No comments: