Monday, February 18, 2013

Manajemen Gotong Royong #2 : Makna Gotong Royong

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Kerja sama antarmanusia di dunia ini telah berkembang begitu rupa; sehingga tidak ada satu orang pun yang mampu mengurus dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan orang lain, seperti orang lain membutuhkan kita. Antarmereka ada kerja sama yang sangat rumit, tali temali dan berkait-kait.

Dari kaca mata ETOS KERJA di samping menjadi konsumen,  setiap orang adalah pelayan bagi orang lain, sekaligus menjadi produsen dan pemasar. Pada saat Anda memasukkan sepucuk surat ke dalam amplop,  Anda adalah produsen tetapi juga bertindak sebagai pemasar untuk mempengaruhi alamat yang dituju tetapi juga Anda adalah pelayan  agar pembaca surat itu tidak mengalami kesulitan baik membuka dan membaca surat itu.

Untuk mengisi kantong berasnya, seorang guru mengajar demi kepentingan orang tua murid, para petani bergumul di ladang-ladang untuk mendapatkan pakaian dan keperluan lainnya, pengemudi menyetir mobil untuk mendapatkan SPP, pelawak beraksi untuk menyenangkan penonton dalam upaya mengasapi dapurnya dan aneka ragam macam lainnya.

Agar hidup lebih baik setiap orang harus bekerja, bekerja sama dan bekerja bersama-sama. Karena produsen ada di ujung sana dan konsumen ada di sini tidak boleh tidak harus ada manajer yang menata kerja sama itu agar lebih efisien dan produktif, bahkan seorang manusia pun harus memanaje antaranggota tubuhnya dan lingkungan kerjanya. Mengangkat sesuatu seberat lima kilogram pada sebelah tangan akan lebih sulit daripada mengangkat barang  yang sama seberat delapan  kilogram yang dibagi pada kedua belah tangan. Bagaimana bekerja lebih mudah dan lebih murah adalah pokok bahasan manusia sepanjang zaman. Salah satu cara meringankan kerja itu adalah gotongroyong.

Untuk memahami makna dan manfaat gotongroyong itu; dibawah ini diilustrasikan berbagai kasus yang terjadi sehari-hari dalam masyarakat kita.

• Pada dekade 1980 s.d. 1990 penulis ini telah mendapat kurang lebih 120 undangan atau rata-rata sebuah undangan setiap bulan. Jumlah kado yang telah kami serahkan 120 buah rata-rata berharga Rp 10.000,- setiap kado atau senilai Rp. 1.200.000,-. Pada dekade yang sama penulis telah mengadakan selamatan satu kali dan memperoleh 520 buah kado senilai Rp. 5.200.000,-. Bila kebiasaan saling mengundang itu adalah ciri kegotongroyongan dapatlah disimpulkan bahwa setiap anggota masyarakat gotongroyong itu memperoleh lebih besar dari apa yang diberikannya.

• Dalam kasus “marsialapari”, suatu bentuk gotongroyong antar petani di Tapanuli dapat kita lukiskan seperti di bawah ini. Beberapa petani bergabung dalam suatu kelompok, misalkan terdiri dari empat orang. Pada hari Senin mereka bekerja di sawah si A, hari Selasa di sawah si B, hari Rabu di sawah si C dan hari Kamis di sawah si D. Selalu terbukti bahwa luas yang tergarap lebih luas dari apa yang dapat digarap si A sendiri selama empat hari di sawahnya sendiri. Kemungkinan sebab-sebab dari hal itu, pertama, bekerja berkelompok mendatangkan kegembiraan, kedua, petani yang paling terampil dalam kelompok itu selelu menjadi contoh, ketiga, rasa tanggungjawab pada waktu bekerja di sawah orang lain lebih tinggi. Petani yang bekerja asal-asalan akan sulit mendapatkan kelompok. Dan anehnya apa yang dihidangkan di tanah si A telah pernah menjadi persoalan.

• Pada beberapa suku di masyarakat kita ada kebiasaan untuk bergotongroyong menyekolahkan seorang anak yang kecerdasannya menonjol. Segera anak itu berhasil dia pun berkewajiban secara moral untuk menyekolahkan anak-anak lain, dan begitu seterusnya sehingga kelompok itu kan terangkat ke atas.

• “JUMAT BERSIH”, yang dewasa ini kita galakkan adalah juga upaya memanfaatkan kegotongroyongan. Jika upaya itu berhasil menjadi darah daging bangsa Indonesia di bawah ini kita ilustrasikan betapa jumat bersih itu memberi manfaat kepada kita. Jumlah rumah di tanah air kurang lebih 38.000.000 buah,  cara yang dibuat untuk menghitungnya adalah membagi jumlah penduduk dengan rata-rata penghuni tiap rumah, yakni lima orang tiap rumah. Jika panjang jalan rata-rata enam meter di depan setiap rumah,  panjang jalan raya di depan seluruh rumah itu adalah 38 juta kali enam meter sama dengan 228 juta meter atau 228.000 Km. Melalui jumat bersih (gotongroyong) akan mampu memelihara dan merawat jalan itu hanya dalam tempo kurang dari sepuluh menit. Bila Jumat bersih tidak hanya tercapai pada hari Jumat dan melibatkan setiap warga pasti akan tercapai “INDONESIA BERSIH”.

Semua kegiatan adalah upaya untuk “memperbaiki hidup”. Agar hidup lebih baik setiap orang harus bekerja lebih baik, agar kerja lebih berhasil setiap orang harus belajar. Kita lahir untuk bekerja; ORANG YANG SIBUK TIDAK AKAN DIGIGIT NYAMUK. ISTIRAHAT BERKARAT, to rest is to rust.

No comments: