Monday, February 18, 2013

Bahasa menunjukkan Bangsa # 5 : Salah Nalar.

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Topik kali ini mengenai bahasa, dan terdiri dari enam seri.

TPPMS, Tim penanggulangan dan pemberantasan masalah suap. Bila kata "penanggulangan" dan "masalah" dibuang, kependekan itu akan menjadi Tim Pemberantasan Suap, disingkat, TPS. Bila kita tidak menyukai singkatan TPS, karena telah dipakai lebih dulu oleh panitia Pemilu, kita dapat memakai singkatan lain, umpamanya Koordinator Pemberantasan Suap, disingkat KPS. Kalau kata "masalah" tetap dipertahankan, kependekan itu terlalu panjang dan justru menimbulkan masalah.

Operasi Ketupat Lebaran. Kesan yang muncul dibenak kita tentang nama operasi ini sangat negatif. Apakah operasi dilancarkan dengan maksud tertentu ? Dalam benak para pengendara timbul dugaan bahwa para pembesar Polri, karena kasihan terhadap anggotanya, ingin memberi "ketupat lebaran" dengan membuka kesempatan pada anggota. Anggapan yang hidup dikalangan itu para pimpinan Polri telah salah itikad. Karena itu salah bernalar, kemudian salah mengucap, akhirnya salah bertindak. Itulah menurut mereka praktek di lapangan. Bila itikad itu salah sejogianyalah kependekan itu diganti menjadi penertiban angkutan lebaran, disingkat, PAL, atau singkatan lain yang lebih gamblang. Bila operasi itu bersifat rahasia nama itu adalah nama sandi yang tidak diketahui umum. Setelah selesai operasi, nama operasi itu tidak lagi bersifat rahasia. Karena itu setiap kali operasi nama sandi itu perlu diganti.

Pemilu, pemilihan umum. Dari kata "pemilihan" kita singkat menjadi "pemil", dari kata "umum" kita ambil "u" saja. Aneh, terhadap kata pun kita tidak bisa bersikap adil. Konon terhadap kontestan lainnya. Kesalahan yang kedua adalah kata "pemilihan", asal kata, pilih. Memilih berarti mengambil dari sejumlah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Itulah sebabnya menurut kalangan itu Orsospol lainnya tidak akan disertakan dalam panitia. Itu baru soal nama, belum yang lain-lain. Istilah yang lebih tepat adalah "pemungutan suara".


Toyota Kijang. Inilah nama yang betul-betul salah nalar. Coba !, masa perusahaan yang begitu besar dengan ribuan ahli tidak ada seorangpun yang bisa membedakan antara kijang dan rusa. Dia sebut kijang, yang dilambangkannya rusa. Atau, digambarnya rusa disebutnya kijang. Kita hampir setengah mati menerangkan pada cucu yang mana kijang dan mana rusa. Habis Toyota, Perkasa,  to ?

Mengentaskan kemiskinan. Kita telah sepakat mengidentifikasi musuh-musuh kita. Antara lain, kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dan sebagainya. Terhadap musuh, kita harus tegas dan tidak main-main. Kita hancurkan, kita basmi, kita enyahkan, kita berantas dan seterusnya. Kenapa kemiskinan dientaskan ? kenapa kita tidak memakai istilah memberantas kemiskinan, membasmi kemiskinan atau istilah lain yang lebih tegas tanpa tendeng aling-aling ? Apakah kita ragu tentang hasilnya sehingga kita bersembunyi dibelakang kata yang kurang akrab dengan masyarakat kita ?

No comments: