Monday, February 18, 2013

Bahasa menunjukkan Bangsa # 2 : Efisiensi Bahasa.

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Topik kali ini mengenai bahasa, dan terdiri dari enam seri.

Di dalam bahasa pun ada efisiensi. Istilah lain untuk itu adalah ekonomi bahasa. Efisiensi dalam bahasa adalah "SEMUA KATA YANG TIDAK PERLU HARUS LENYAP". Di dalam sebuah kalimat, bila ada sebuah kata yang tidak berfungsi, kata itu harus dibuang. Mempertahankan kata itu tetap disitu akan melahirkan kalimat gondrong, seperti apa yang pernah disinyalir Soetjipto Wirosardjono sebagai bahasa klobot. Istilah gondrong kita gunakan karena kata itu lebih akrab di masyarakat  kita dan untuk menghindari "klobot" yang terlalu Jawa.

Kalimat Gondrong “Bapak Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang terhormat, Bapak Ketua dan anggota DPR, Bapak-bapak pejabat sipil dan militer, para wartawan, Ibu-ibu dan Bapak-bapak dan segenap hadirin yang terhormat” Seharusnya “Hadirin yang saya muliakan”.

Kalimat gondrong “Kepada pihak pemerintah” seharusnya “Kepada pemerintah”.

Kalimat gondrong “Yang disangka sebagai pelaku, pembunuhan, pencurian dst” seharusnya “Yang disangka sebagai pembunuh, pencuri, penjahat dst”.

Kalimat gondrong “Program kegiatan pelaksanaan penelitian 1994” seharusnya “Program penelitian 1994”.

Kalimat gondrong “Bagian muka daripada Elyas Pical” seharusnya “Muka Elyas Pical”.

Kalimat gondrong “Disamping itu akan dipelajari juga hasil produksi yang digarap perusahaan lain” seharusnya “Di samping itu akan dipelajari produksi perusahaan lain”.

Kalimat gondrong “Dengan menunjuk kepada surat kami tanggal 22 Juli 1994,....” seharusnya “Menunjuk surat kami, 22 Juli 1994,..”.

Kalimat gondrong “Belum berhasil ditemukan” seharusnya “Belum ditemukan”.

Kalimat gondrong “Hal ini mungkin disebabkan oleh karena berbagai hal-hal yang berikut” seharusnya “Hal ini disebabkan berbagai hal, seperti”.

Kalimat gondrong “Adanya surat tak terantar dan surat buntu dapat menimbulkan gangguan terhadap kelancaran perposan yang memungkinkan dapat merugikan kedua belah pihak” seharusnya “Surat tak terantar dan surat buntu menganggu kelancaran perposan yang merugikan kedua pihak”.

Kalimat gondrong “Bila tidak memungkinkan untuk dimuat” seharusnya “Bila tidak mungkin dimuat”.

Kiat yang dapat kita tempuh untuk memperoleh kalimat yang jernih ialah dengan jalan mencoba membuang kata-kata itu. Bila makna kalimat itu tidak berubah, kata itu memang pantas untuk dibuang.

No comments: