Tuesday, February 26, 2013

Ngebut menjemput maut

Saat saya masih bekerja sebagai expert untuk Digital Document Exchange , saya bersahabat dengan seseorang yang akhirnya menjadi teman baik. Dia merupakan salah satu manajer di anak perusahaan PT Telkom, khusus di bidang digital transaction untuk sektor finansial. Kadang kami harus bepergian bersama, dan terlihat dia begitu mahir mengemudikan sedan 2000 cc yang biasa dia gunakan. Maju, mundur, semuanya kadang dilakukan dengan sangat presisi bahkan sampai kadang cuma berjarak dibawah 5 cm. Begitu mahirnya dia, sehingga antara mobil dan diri-nya terlihat bagian satu kesatuan.

Namun demikian dia tidak suka ngebut, ketidak sukaan-nya ini akhirnya terjawab setelah  dia bercerita bahwa zaman masih kuliah sebenar-nya dia hobi kebut2an. Kebetulan Bandung - Jakarta adalah rute yang cukup sering dia tempuh dan hapal persis karakter-nya. Boleh dibilang di rute itu dia sangat sering menyalip namun sebaliknya dia tidak pernah disalip.

Suatu hari dia pakai Mitsubishi Lancer bertarung dengan Mitsubishi Galant, kebetulan rutenya Bandung - Jakarta via Puncak. Namun kali ini dia ketemu lawan nekat dan dengan mesin yang lebih besar. setelah bertarung dengan ganas, dia berhasil unggul sampai dengan Puncak, begitu masuk Tol Jagorawi yang kebetulan sepi, giliran si Galant ngamuk dan meng"asap"i temen saya.
 
Temen yang nafsu, terus berusaha tancap gas, namun si Galant sudah jauh menghilang dan setelah beberapa saat dikejauhan, terlihat beberapa mobil berhenti mendadak, ternyata si Galant celaka, temen saya sempat melihat supir-nya sudah terkapar di luar dan mobilnya remuk, besok nya dikoran ada beritanya ternyata korban adalah ayah-nya artis asal Sukabumi berinisial DR pelantun hit "Tenda Biru". Akhirnya beliau wafat karena cedera parah, setelah itu teman saya kapok kebut2an, dan kejadian itu terus menghantuinya dalam waktu lama.

Ya sering sekali kita tidak berpikir panjang, padahal tidak setiap korban kecelakaan pasti tewas, jika tewas mungkin masalah-nya tidak berpanjang-panjang, namun kalau cedera misalnya, lumpuh, buta, cacat (amputasi), maka kita akan menjadi beban bagi orang lain. Jika kita menjadi korban mungkin tak ada yang kita sesali karena sudah nasib, namun jika kita yang menjadi pelaku maka akan lain lagi cerita-nya.


No comments: