Buku ini menarik karena menggambarkan pendapat Hindley yang
merupakan sosok yang mewakili Eropa sekaligus Kristen terhadap tokoh muslim
seperti Saladin. Tokoh satu ini memang unik, karena peradaban Eropa
menyanjungnya sebagai tokoh kharismatis, pemaaf, fair dan kesatria.
Popularitasnya bahkan melebihi Richard “Lion Heart” kalau tidak bisa dikatakan
setara, dimana konfrontasi namun saling mengagumi mereka, menjadi salah satu yang terpenting pada era tersebut.
Kenapa Saladin begitu memesona, salah satunya tentu karena
pendudukan-nya terhadap Yerusalem dilakukan dengan elegan, dan nyaris tanpa
dendam berbeda dengan pembantaian yang dilakukan Kristen sampai dengan menyebabkan
Yerusalem pada masa sebelumnya banjir darah dan penuh dengan potongan tubuh
manusia, baik tentara lawan, atau bahkan wanita dan anak2.
Disiplin tentara-nya yang luar biasa menjadi sangat kontras
dengan kriminal perampok, pemerkosa yang sengaja dibebaskan oleh Eropa selama
mereka mau memanggul kewajiban sebagai tentara Salib. Saladin juga mengulangi
sukses Umar Bin Khatab menduduki Yerusalem dengan cara yang tidak kurang
elegan-nya. Tidak aneh kalau film seperti Kingdom of Heaven, menggambarkan
pesona Saladin yang luar biasa.
Tidak cuma perang, bagaimana Saladin berpolitik menghadapi situasi di Suriah, Palestina dan Mesir juga menunjukkan kepiawaian beliau, khususnya sebagai keturunan minoritas Kurdi dalam menampilkan diri sebagai pejuang Islam ditengah mayoritas Turki saat itu.
Mirip seperti tokoh2 besar di era khalifah yang empat (khususnya
Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abi Thalib), Saladin dengan kekuasaan yang begitu
besar dan "menguasai" dunia, juga nyaris tidak memiliki harta pribadi saat meninggal, sampai para
sahabatnya bahkan harus meminjam uang untuk biaya pemakaman. Catatan Ibnu al-Atsir mencatat ketika
meninggal beliau hanya memiliki satu keping dinar dan empat puluh keping perak.
Sebuah buku yang ditulis dengan apa adanya dan sangat layak untuk dibaca.
No comments:
Post a Comment