Bagi saya cukup sulit menempatkan review buku ini, apakah
masuk ke kelompok buku atau malah masuk ke kelompok komik. Karena meski
disajikan secara komik, namun secara isi dia berbicara tentang definisi dan
teori yang cukup dalam. Namun karena teori yang dibahas memang mengenai komik
akhirnya saya putuskan tetap masuk ke kelompok komik.
McCloud mengakui bahwa pada awalnya dia menganggap komik adalah bacaan anak2, namun saat remaja, salah seorang teman yang penggemar komik mengajaknya berdebat dan meminjamkan koleksi komik-nya pada McCloud, yang akhirnya mengubah pandangan McCloud mengenai komik selamanya. Saat itu McCloud memutuskan untuk menjadikan komik sebagai jalan hidupnya.
Meski berbentuk komik, buku ini menurut saya cukup berat, McCloud mendefinisikan ulang komik sebagai karya seni berurutan. Apa yang dimaksud dengan urutan ? bahwa karya komik berhubungan satu sama lain dalam memberikan gambaran tentang suatu peristiwa. Lantas apakah film kartun bisa dianggap sebagai seni berurutan ? menurut McCloud, film hanya menggunakan satu frame, sedangkan komik multi frame, sehingga film bisa dianggap sebagai “non-komik”. Disamping itu pemisah gambar di komik mengkondisikan pembaca untuk mengisinya dengan imajinasi, sebaliknya film cenderung tidak memberikan ruang bagi penikmatnya untuk berimajinasi. Unik kan ? bayangkan McCloud bahkan menganggap garis putih pemisah gambar adalah suatu hal yang penting, dan ini salah satu pembeda signifikan komik dengan karya seni lainnya.
McCloud juga membahas bagaimana urutan diklasifikasikan, bisa merefer ke waktu, peristiwa, dll. Pengagum Art Spiegelman dan Will Eisner ini juga membahas bagaimana bunyi didefinisikan, penggunaan balon kata, sejarah komik yang ternyata sudah muncul sejak ribuan tahun, dan lain lain. Secara keseluruhan McCloud membagi buku menjadi "Definitions, history, and potential", "visual iconography and its effects", "closure, reader participation between the panels", "word-picture dynamics", "time and motion", "the psychology of line styles and color", dan "comics and the artistic process".
Meski tertarik dengan buku ini, namun saya agak heran dengan banyaknya penggambaran mata satu dan piramid. Piramid dalam hal ini menggambarkan posisi sebuah karya terhadap peta yang ada. Urutan paling atas misalnya diisi oleh karya abstrak, lalu diikuti karya2 lain sampai ke Herge dengan Tintin-nya. McCloud juga memetakan bagaimana perubahan urutan terhadap beberapa master piece.
Uniknya kita juga bisa melihat analisa McCloud terhadap komik Jepang yang dia nilai memiliki ciri khas sendiri. Komik Jepang juga memiliki cara bertutur dengan simbol2 yang spesifik. Nah bagaimana kualitas gambar McCloud ? meski ini merupakan buku yang keren secara isi, saya kira kualitas gambarnya justru biasa2 saja, dan IMHO ini mungkin salah satu buku komik terbaik tentang komik.
McCloud mengakui bahwa pada awalnya dia menganggap komik adalah bacaan anak2, namun saat remaja, salah seorang teman yang penggemar komik mengajaknya berdebat dan meminjamkan koleksi komik-nya pada McCloud, yang akhirnya mengubah pandangan McCloud mengenai komik selamanya. Saat itu McCloud memutuskan untuk menjadikan komik sebagai jalan hidupnya.
Meski berbentuk komik, buku ini menurut saya cukup berat, McCloud mendefinisikan ulang komik sebagai karya seni berurutan. Apa yang dimaksud dengan urutan ? bahwa karya komik berhubungan satu sama lain dalam memberikan gambaran tentang suatu peristiwa. Lantas apakah film kartun bisa dianggap sebagai seni berurutan ? menurut McCloud, film hanya menggunakan satu frame, sedangkan komik multi frame, sehingga film bisa dianggap sebagai “non-komik”. Disamping itu pemisah gambar di komik mengkondisikan pembaca untuk mengisinya dengan imajinasi, sebaliknya film cenderung tidak memberikan ruang bagi penikmatnya untuk berimajinasi. Unik kan ? bayangkan McCloud bahkan menganggap garis putih pemisah gambar adalah suatu hal yang penting, dan ini salah satu pembeda signifikan komik dengan karya seni lainnya.
McCloud juga membahas bagaimana urutan diklasifikasikan, bisa merefer ke waktu, peristiwa, dll. Pengagum Art Spiegelman dan Will Eisner ini juga membahas bagaimana bunyi didefinisikan, penggunaan balon kata, sejarah komik yang ternyata sudah muncul sejak ribuan tahun, dan lain lain. Secara keseluruhan McCloud membagi buku menjadi "Definitions, history, and potential", "visual iconography and its effects", "closure, reader participation between the panels", "word-picture dynamics", "time and motion", "the psychology of line styles and color", dan "comics and the artistic process".
Meski tertarik dengan buku ini, namun saya agak heran dengan banyaknya penggambaran mata satu dan piramid. Piramid dalam hal ini menggambarkan posisi sebuah karya terhadap peta yang ada. Urutan paling atas misalnya diisi oleh karya abstrak, lalu diikuti karya2 lain sampai ke Herge dengan Tintin-nya. McCloud juga memetakan bagaimana perubahan urutan terhadap beberapa master piece.
Uniknya kita juga bisa melihat analisa McCloud terhadap komik Jepang yang dia nilai memiliki ciri khas sendiri. Komik Jepang juga memiliki cara bertutur dengan simbol2 yang spesifik. Nah bagaimana kualitas gambar McCloud ? meski ini merupakan buku yang keren secara isi, saya kira kualitas gambarnya justru biasa2 saja, dan IMHO ini mungkin salah satu buku komik terbaik tentang komik.
No comments:
Post a Comment