Friday, August 10, 2012

The Mystery of Human Organ - Muhammad Suwardi


Sepertinya judul buku ini kurang sesuai dengan isinya, atau paling tidak dari persepsi saya bahwa arahnya akan lebih ke science. Apakah harapan saya yang berlebihan ?, rasanya tidak, maklum pengarang-nya seorang dokter, akupunturis sekaligus terapis.

Namun setelah membaca lebih lanjut, saya rasa penemuan terbesar yang diangkat buku ini adalah menemukan jawaban dari hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “Sungguh Allah memiliki tempat di bumiNya, yaitu hati manusia, sebaik-baiknya tempat bagiNya adalah hati yang paling bersih, teguh dan lembut, yaitu bersih dari dosa, teguh dalam agama dan lemah lembut dalam bersaudara (HR.ath-Thabrani)”. Hadist tersebut tentu perlu dilengkapi dengan hadist lain yang berbunyi “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, bila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah gumpalan itu adalah hati (HR Bukhari dan Muslim)”.

Masalahnya apakah “hati” yang dimaksud, apakah kata2 “hati” dalam kedua hadist tersebut menunjuk pada obyek yang sama ? kenapa bukan otak dan kenapa bukan jantung ?. Menurut Suwardi, otak dan jantung bersifat listrik, sehingga cenderung panas, sebaliknya hati bersifat magnet, jadi cenderung dingin dan dapat menetralkan listrik jantung dan otak. Hati juga membersihkan kotoran tubuh, dan hati dapat rusak karena hal2 seperti minum yang memabukkan (mengandung alkohol). Selain itu jantung, sebagaimana hadist Nabi, yang menyebutkan setan masuk dari pembuluh darah, dimana jantung adalah sumber dari semua pembuluh darah. Selain itu setan menyukai sisi kiri, dan jantung berada di sisi kiri manusia sebaliknya dengan hati.

Selain mencoba menjawab misteri di “hati”, Suwardi juga menemukan bahwa kata “Allah” merujuk pada penarikan garis dalam tubuh manusia, mulai dari otak, ke jantung, kembali ke otak, hati, dan terakhir lidah. Suwardi juga menjelaskan keajaiban sujud, pada saat sujud, posisi hati lebih tinggi dari otak, yang makna-nya otak harus dikendalikan oleh hati. Jika otak dianggap sumber keangkuhan, maka saat sujud otak direndahkan. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW “Sedekat dekat keadaan hamba kepada Allah Ta’ala ialah ketika hamba bersujud (H.R. Muslim)”.

Kesimpulan akhir yang diangkat Suwardi adalah bagaimana Shalat dimaknai sebagai obat bagi kesombongan, untuk membentengi hati dari “kotoran dunia”. Dengan begitu maka hati yang sabar, ikhlas dan syukur akan menang dari kesombongan otak.

No comments: