Hari kedua di Singapore sesuai rencana kami putuskan untuk
ke Universal Studio di Sentosa Island. Setelah naik bus ke mall VIVO City, dari
lantai tiga kami menggunakan shuttle train yang cukup sekali bayar sudah
termasuk untuk tiket pulang kembali ke Singapore dari Sentosa senilai S$ 3,5
perorang / pp. Ada pilihan lain menggunakan cable car, tetapi harganya cukup
mahal, tepatnya S$ 29 perorang / pp.
Di Sentosa ada dua station, untuk ke Universal Studio
berhenti di Imbiah Station (persis sebelum Beach Station) lalu kita menuruni
tangga dan langsung masuk ke area studio. Mirip dengan Ancol disini ada
beberapa wahana, ada yang menggunakan model perahu, kereta, mobil, dll. Dimana
semuanya mengacu pada film2 best seller keluaran Universal.
Wahana2 yang ada misalnya Madagascar, Far Far Away, The Lost
World, Ancient Egypt, Sci-Fi City, dan New York. Begitu masuk Madagascar, saya
tercengang melihat antri yang gila2an, kaki luar biasa pegalnya, dan sedihnya
petualangan-nya jauh dari menarik dan nyaris tak ada bedanya dengan wahana serupa di
Ancol. Lantas kami antri kembali di Far Far Away, disini sambil menunggu
penjelasan dari instruktur, kami mulai keletihan akibat Madagascar, tetapi
ketika akhirnya pertunjukan dimulai, cukup menarik simulasi 3D+1 nya, karena
selain 3D, plus angin, air, dan juga kaki kami seakan akan dibelai oleh kaki
serangga sesuai dengan adegan dilayar,
yang sempat membuat sebagian penonton menjerit. Far Far Away mirip dengan salah satu wahana 3D plus di Ancol yang menceritakan kehidupan bawah air, juga dilengkapi semprotan air dan angin.
Lalu masuk ke wahana Lost World, sayang kami tak sempat masuk
ke wahana Water World karena jam-nya tidak pas. Di Lost World, mirip seperti
arung jeram namun dengan binatang2 purba sepanjang perjalanan. Disini nyaris
semua peserta basah kuyup, mulai dari disemprot dinosaurus, sampai disemprot
penonton. Loh kok disemprot penonton ? ya betul, ini saya baru tahu belakangan,
ternyata ada senapan air yang disewakan pada penonton diluar arena Lost World,
dengan waktu terbatas mereka menembak para peserta saat perahu-nya mendekat. Adegan
puncaknya cukup mengerikan, perahu tiba2 terangkat tinggi sekali, lalu kami
semua nyaris dilalap T-Rex, dan saat melihat keatas dengan muka ketakutan
inilah kami dishoot, yang lantas photonya ditawarkan di pintu keluar, hemm
trick marketing yang oke juga.
Setelahnya kami antri kembali di Treasure Hunt, yaitu
keliling situs penggalian di mesir dengan wahana berbentuk jip, begitu selesai dan menyadari jeleknya wahana yang
satu ini, baru kami tahu sebenarnya atraksi yang lebih menarik adalah “Revenge
of The Mummy” namun apa daya jam-nya lagi2 tidak tepat, lagipula kami harus
segera mencari tempat sholat. Musholla satu2nya di Universal Studio ini,
terletak kurang lebih dibawah Battlestar Galactica, wahana roller coaster
dengan kecepatan diatas 80 km/jam dan setinggi 45 meter. Meski bersih sayang,
sajadah-nya berbau pengap, saat wudhu saya merasa perih di bagian kaki,
ternyata kulit-nya pada mengelupas, karena perjalanan “berat” seharian.
Di Sci-Fi City, kami tidak mau buang2 energi dengan
Battlestar Galactica, jadi kami langsung memutuskan ke wahana Transformer,
benar2 nasib, ternyata ini wahana adalah wahana dengan antrian terpanjang.
Seumur hidup rasanya tidak pernah saya antri sepanjang ini. Sempat beberapa
kali kami ragu dan memutuskan untuk kembali saja, namun dengan sisa tenaga yang
ada kami putuskan untuk tetap bertahan dan saling menguatkan. Akhirnya benar2
tidak menyesal, dengan adegan seakan akan kami berada dalam tubuh Optimus Prime
bertarung menghadapi musuh2nya, kami menghadapi kejutan2 luar biasa dengan
teknologi 3D termaju. Rasanya penat dan letih terbayar dengan adegan2 dalam
wahana ini.
Hari sudah menjelang sore, meski sempat dihibur di area New
York oleh Marylin Monroe gadungan yang sangat ramah pada siapapun yang mengajak
berfoto, kami memutuskan untuk masuk ke wahana Lights, Camera and Action nya
Spielberg. Ini salah satu wahana yang asyik, meski antrinya cukup panjang,
namun rasa letih sudah membuat malu kami hilang dan sekenanya melonjorkan kaki
di lantai, meski orang2 melihat dengan aneh. Maklum kaki sudah tidak mau diajak
kerja sama. Dan ternyata ini salah satu wahana yang paling realistis meski
harus ditonton sambil berdiri, panas api, tiupan angin dan adegan akhir dimana
sebuah kapal tiba2 mendobrak ruangan membuat kami tercekam.
Wahana terakhir adalah Monster Rock, ini merupakan panggung
rock dengan artis yang didandan ala Frankenstein, Vampire, Mummy, dll. Nyaris
tanpa antri, saya sempat tertidur pulas selain karena kecapean, juga karena
pertunjukan yang luar biasa membosankan. Saat pulang saya dan anak2 minta maaf
pada istri, karena kami awalnya tidak pernah tertarik ke Universal Studios,
namun menariknya2 wahana2 khususnya Transformers (dan berikutnya Lost World),
membuat kami berubah pandangan. Moral of the Story yang saya sampaikan pada
anak2 adalah apa yang paling menarik ? Transformer ! kata mereka serempak, nah
itulah hidup kata saya, perjuangan terberat (dalam antrian) memberikan
kenikmatan terbesar juga.
Saat pulang kami mampir ke pinggir laut melihat pertunjukan
bangau yang terbuat dari crane raksasa, dengan sayap2 yang dibentuk dari air
yang disemprotkan, serta dengan bantuan dua layar raksasa. Pertunjukan yang
spektakuler dan diakhiri dengan kembang api. Sebenarnya ada dua pertunjukan
mirip disekitar sini, namun perut yang keroncongan memaksa kami meninggalkan
pertunjukan satunya yaitu “Song of The Sea”.
Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2012/08/inspirasi-dari-singapore-4-merlion-dan.html
Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2012/08/inspirasi-dari-singapore-4-merlion-dan.html
No comments:
Post a Comment