Monday, February 27, 2012

13 Prinsip

Kali ini saya ingin menulis tentang sosok salah satu atasan saya selama berkarir 23 tahun dalam dunia IT. Tidak ada manusia yang sempurna, sepertinya juga hal-nya saya dan tentu saja beliau. Dalam hal ini saya juga tidak berniat  bicara benar atau salah, urusan benar dan salah saya serahkan kembali pada pembaca. Singkat kata begitu juga salah satu atasan saya yang dengan cara beliau seringkali tidak mau dengar penjelasan orang lain, nyaris selalu merasa benar, “sumbu-nya” pendek, kurang sabar, curiga terus dan tidak segan2 mem”permalu”kan seseorang dalam forum bahkan kadang di depan anggota team-nya sendiri. Dalam salah satu meeting saya sempat mencoba menghitung kata "nggak !" yang sangat sering beliau ucapkan dan ternyata dapat mencapai frekuensi 70x dalam satu jam.

Salah seorang rekan yang cukup intensif interaksinya dengan beliau, pernah memberikan perumpamaan, bahwa cara beliau ini mirip seperti membuat pedang, yang kualitas-nya hanya bisa dihasilkan dengan proses tempa berkali kali agar dapat menjadi tajam. Ironis-nya tidak semua orang punya kepribadian "pedang", sebagian lain justru punya kepribadian "keramik" yang jelas saja hancur kalau di tempa. Tapi memang kenyataan di lapangan, sebagian dari mantan team beliau umum-nya adalah pribadi yang tangguh, dan kuat menghadapi tekanan, walau sebagian yang lain ada juga yang gugur dalam perjalanan.

Seorang rekan lain yang sudah "lulus" mengingatkan dua hal penting agar dapat berinteraksi dengan beliau, yaitu loyalitas dan chemistry. Khusus loyalitas, sangat penting bagi beliau untuk mengetahui apakah seseorang masih ingin bertahan atau tidak, jika tidak ingin, maka sebagus apapun kita, beliau akan mempersilahkan kita untuk keluar. Soal chemistry, terkait dengan karakter beliau yang tidak ingin dibantah, dan tidak ingin menyesuaikan diri dengan lawan bicara, so kita lah yang harus menyesuaikan diri kita, dan kalau tidak sanggup maka lagi2 kita akan dipersilahkan keluar. Rekan tersebut mengatakan cara2 beliau sepertinya sangat mirip dengan The 48 Laws of Power nya Robert Greene.

Di lain pihak ada juga hal2 unik mengenai kerendah hatian beliau, seperti saat melihat ada seseorang tak dikenal di lobby, beliau tidak akan segan2 bertanya maksud dan keperluan ybs, serta bahkan kadang mengantar sendiri secara langsung orang tersebut bertemu dengan yang dicari. Di lain pihak beliau kadang membagikan minuman pada setiap orang dalam ruang meeting meski 3 level dibawahnya.

Harus diakui dengan gaya seperti ini suasana kerja memang jadi kurang nyaman tetapi meski demikian, sosok “legendaris” seperti beliau punya sisi positif yang layak dipelajari, dan saya mencoba untuk menganalisa 13 prinsip beliau yang bisa kita sempurnakan untuk mengembangkan karakter leader dan managerial kita sendiri. Dalam prinsip2 yang dijalankan beliau, saya menambahkan tanda bintang 1 sd 5, untuk memberikan penilaian terhadap prinsip tersebut. Untuk yang bintang-nya kurang dari 5, tentu saja diperlukan penyempurnaan agar prinsip ini jadi lebih “baik” untuk di-implementasikan.

1. Prinsip #1 Data (*****)
a. Strategi

i. Berbicaralah dengan data.
b. Penjelasan
i. Tidak ada gunanya penjelasan jika tidak dilengkapi data pendukung.



2. Prinsip #2 Penguasaan masalah (****)
a. Strategi

i. Kuasai pemahaman secara konsep
ii. Sekaligus pahami secara detail.

iii. Pastikan anda mengetahui persis bagaimana suatu pekerjaan dilakukan.
b. Penjelasan
i. Saat anda berbicara tipe audiens tak dapat dipastikan, dan dengan menguasai konsep sekaligus detail, maka semua pertanyaan akan dapat kita jawab.

ii. Dengan menguasai masalah anda juga dapat melakukan kontrol secara komprehensif terhadap team anda, dan dengan demikian anda tidak pernah akan kuatir ditinggalkan team.


3. Prinsip #3 Menjawab pertanyaan (***)
a. Strategi

i. Jawablah pertanyaan dengan keyakinan.
ii. Menjawablah sesuai dengan pertanyaan, dan tidak usah melebar kemana-mana, karena setiap jawaban yang melebar, akan memancing pertanyaan baru.
b. Penjelasan
i. Menjawab dengan ragu2,menyebabkan jawaban benar sekalipun jadi terlihat salah.
ii. Jawablah tanpa ragu  meski kadang di dalam hati kita tidak yakin.



4. Prinsip #4 Plan (*****)
a. Strategi

i. Pastikan selalu setiap plan memiliki tanggal deadline.
ii. Pastikan juga PIC dari setiap plan yang dibuat.

b. Penjelasan
i. Jika harus menyinggung plan, pastikan ada tanggal deadline sebagai komitmen, tidak ada gunanya plan jika tidak ada deadline yang dapat disepakati.
ii. Lakukan kontrol ketat terhadap plan yang sudah dibuat.



5. Prinsip #5 Kepercayaan (***)
a. Strategi

i. Lebih baik tidak percaya dulu dibanding percaya dulu namun tertipu.
ii. Uji kemampuan team anda dengan berbagai pertanyaan.

iii. Jangan pernah menyerahkan nasibmu pada orang lain.
iv. Coba lah produk anda sendiri sebelum menjualnya pada orang lain.
b. Penjelasan
i. Lebih mudah menaikkan di banding menurunkan,
ii. Lebih mudah memberi dari pada menarik kembali,
iii. Jangan pernah ragu atau menggunakan hati jika harus menghukum, jika bisa dimaafkan maka “bina”lah, jika tidak bisa dimaafkan maka “binasa”kan lah.
iv. “Negatif thinking” harus kita pelihara dan dapat membuat kita waspada.

c. Kasus
i. Kasus #1 : Saat kantor kami harus pindah, beliau marah mendengar anggota team yang menyerahkan detail perpindahan, pada team lain, sedangkan hal ini beresiko terhadap layanan 24x7 ke customer, sehingga lebih baik kita terlibat secara detail dan tidak menyerahkan nasib kita pada orang lain.

ii. Kasus #2 : Dengan mencoba produk sendiri, maka Sales tidak cuma "promosi" melainkan "bersaksi", sehingga beberapa produk kami dapat penetrasi ke pasar dengan penerimaan yang lebih baik.


6. Prinsip #6 Presentasi (*****)
a. Strategi

i. Jangan gunakan banyak singkatan.
ii. Gunakan istilah yang familier dengan audiens.
iii. Lakukan simulasi sebelum presentasi yang sebenarnya.

b. Penjelasan
i. Buatlah yang audiens inginkan dan bukan yang anda bisa buat.



7. Prinsip #7 Meeting (*****)
a. Strategi
 
i. Hargai waktu dan orang yang mengundang.
ii. Datanglah lebih awal jika harus bertemu, karena tidak ada yang bisa memrediksi apa yang terjadi.
iii. Fokuslah pada lawan bicara dan tujuan diskusi.

b. Penjelasan
i. Tak ada guna-nya meeting jika kita semua sibuk dengan urusan masing2.
ii. Jika harus merespon email,sms,bbm, atau telepon, maka jika masih bisa ditunda balaslah setelah meeting, jika harus menjawab telepon penting sampaikan anda sedang meeting sehingga lawan bicara akan fokus pada hal2 penting saja.



8. Prinsip #8 Target (****)
a. Strategi

i. Buat target yang tinggi namun tetap realistis.
ii. Kontrol secara rutin.
iii. Naikkan target jika target sebelumnya dapat dicapai kurang dari waktu yang disepakati.

iv. Selalu ciptakan produk baru dimana tidak ada pesaing.
v. Jangan pernah percaya klaim mengenai sesuatu pekerjaan "selesai" sebelum anda mencoba-nya sendiri.
b. Penjelasan
i. Target yang tinggi membuat orang menjadi “deg2an” dan ini bagus untuk memberi stress positif.
ii. Setiap orang harus kerja keras, kenaikan target bagi yang pencapaian-nya bagus akan menyebabkan kita dapat meng-utilisasi secara maksimal sumber daya yang punya kualitas lebih. 

iii. Suatu saat salah seorang pimpinan melapor bahwa layanan "customer call" sudah berjalan, maka beliau saat itu juga langsung menggunakan telepon-nya, dan terbukti layanan tsb masih bermasalah.


9. Prinsip #9 Keuangan (*****)
a. Strategi

i. Berhematlah seakan akan uang perusahaan adalah uang anda sendiri.
ii. Jujurlah dengan uang atau asset perusahaan, meski hanya selembar kertas HVS.

iii. Jika anda seorang sales, maka anda tidak seharusnya di kantor, karena tidak ada duit di kantor.
b. Penjelasan

i. Gunakan uang hanya untuk hal2 yang benar2 perlu.
ii. Gunakan pengeluaran dengan bertanggung jawab.
c. Kasus
i. Kasus #1 : Kenapa harus ganti notebook per tiga tahun, jika usia notebook dapat mencapai 5 tahun

ii. Kasus #2 : Saat kami pindah kantor, beliau memutuskan untuk mengirim surat ke semua stakeholder, menggunakan kertas surat lama, sekaligus menghabiskan stok surat lama.


10. Prinsip #10 eMail ethics (***)
a. Strategi

i. Jangan tunda2 membalas eMail meski di hari libur sekalipun.
ii. Jawab dengan efisien dan jelas.
iii. Jika diskusi via eMail jadi berlarut larut dan melibatkan lebih banyak pihak, maka segera undang untuk meeting dan buat kesepakatan.

b. Penjelasan
i. Respon eMail yang cepat sehingga pengirim dapat segera mendapatkan jawaban, dan jika harus diselesaikan secara tatap muka langsung maka lakukanlah.


11. Prinsip #11 Peningkatan kualitas  (***)
a. Strategi

i. Training hanya untuk hal2 sangat penting, jika tidak akan dipraktek-kan tidak ada guna-nya training.
ii. Jangan takut pada hal2 yang baru, dibalik hal2 baru ada manfaat yang kelak akan anda raih.

iii. Untuk setiap hal, konsep adalah hal pertama yang anda harus tahu, berikutnya nyali untuk melaksanakan-nya.
b. Penjelasan
i. Tidak ada gunanya training jika tidak dipraktek-kan, dilain pihak menguasai lebih banyak pengetahuan lewat praktek langsung akan membuat kualitas  kita meningkat.



12. Prinsip #12 Disiplin (***)
a. Strategi

i. Datang lah tepat waktu dan menjadi contoh bagi team anda.
ii. Kekerasan perlu, bahkan sekiranya ada korban, karena ini menjadi shock therapy bagi yang lain.
iii. Kekasaran perlu, selama membuat orang berpikir untuk dapat menjadi lebih baik.
iv. Ada empat momentum perubahan agar dapat lebih baik pada diri seseorang, berubah jika terjadi pergantian atasan, berubah jika terjadi perubahan job desc, berubah jika sudah memiliki pasangan dan berubah jika sudah memiliki anak, jika hal2 ini tidak mengubah seseorang, maka dia tak akan berubah selama-nya.

b. Penjelasan
i. Waktu sangat mahal, jadi gunakan dengan bijaksana.
ii. Mekanisme punishment dan reward harus dijalankan secara konsisten, sehingga tetap dapat menjaga disiplin team selamanya.
c. Kasus
i. Kasus #1 : Selama puluhan tahun berkarir, beliau memang konsisten, nyaris selalu datang sejam lebih awal dan dua jam lebih larut, bahkan beliau bisa dikontak nyaris 24 jam, meski sedang berada di luar negeri yang jam-nya selisih ekstrim dengan Indonesia.

ii. Ada cukup banyak kasus dimana beliau tanpa segan memecat karyawan yang dianggap tidak becus, bahkan sekalipun harus mengeluarkan pesangon dengan nilai signifikan. Namun secara umum beliau akan memaksakan suatu kondisi yang menyebabkan karyawan resign dengan sendirinya. Bahkan pernah nyaris satu departemen di"proses" karena terjadi satu masalah namun tak satupun anggota departemen tersebut yang mengaku.

13. Prinsip #13 Manajemen Resiko (*****)
a. Strategi

i. Pastikan kita sudah menghitung semua resiko yang mungkin.
ii. Namun jika sudah terjadi, jangan lari dan hadapi dengan kepala tegak.
iii. Jangan tunda2 untuk mengambil putusan, karena tidak mengambil putusan juga merupakan putusan, dan  sering kali menjadi putusan yang salah.

iv. Meski rugi (selama tidak berlebihan) asal dapat membunuh / menghambat potensi pesaing, proyek tetap harus dimenangkan.
v. Salahkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang lain, karena lebih mudah mengubah diri sendiri dibanding mengubah orang lain.
vi. Tidak usah melempar lempar kesalahan, dan anggap setiap masalah membuat anda mendapat kesempatan menjadi pahlawan.
vii. Jika sesuatu berjalan dengan jelek, selama anda yakin situasi tidak akan lebih buruk dari saat ini, jangan pernah kuatir untuk mengubahnya, karena jikapun perubahan ini gagal, tidak akan lebih jelek dari sebelumnya.  
b. Penjelasan
i. Jika semua resiko sudah diperhitungkan maka, apapun hadapilah.
c. Kasus
i. Kasus #1 : Dalam sebuah implementasi aplikasi enterprise, semakin lama semakin tidak terlihat ujung-nya, jika berhenti sekarang maka akan kena denda, jika tidak berhenti pengeluaran jalan terus, maka setelah diputuskan tidak mungkin selesai dan segera untuk berhenti meski kena denda.
ii. Kasus #2 : Dalam sebuah proyek maintenance, perencanaan awal gagal karena tidak memperhitungkan usia perangkat, akibatnya SLA terus menerus miss, dan terkena denda, jika dibiarkan maka nama perusahaan jadi jelek, namun jika harus mengganti perangkat biaya-nya cukup besar, maka karena nama lebih penting, diputuskan untuk mengganti perangkat lama dengan perangkat baru.
iii. Kasus #3 : Dalam sebuah proyek implementasi aplikasi services desk, mitra tidak sanggup mencapai target, meski kita sudah mengeluarkan dana sangat besar, jika mitra terus dipaksa maka sudah jelas target tetap tidak tercapai, maka diputuskan untuk meng”cover” pekerjaan mitra meski “rugi” namun kepercayaan customer terjaga, dan mendapatkan proyek lain dari customer.

iv. Kasus #4 : Ketika ada produk baru, jangan pernah ragu untuk dipelajari dan dijalankan kalau terbukti menguntungkan, meskipun kadang dapat "membunuh" produk lama kita, karena lebih baik kita sendiri yang membunuh, daripada membiarkan kompetitor kita yang membunuhnya.  
v. Kasus #5 : Pada salah satu proyek, perusahaan kami menang tetapi rugi, namun kami tetap "untung" karena kompetitor mati.




No comments: