Wednesday, February 22, 2012

Notes From Qatar 2” - Muhammad Assad

Kalau buku pertama semboyan-nya adalah Positive, Persistence, Pray maka di buku kedua semboyan-nya adalah Honest, Humble dan Helpful. Nah kenapa dengan tiga semboyan baru ini atau disingkat dengan 3H.

“H” pertama adalah Honest yang otomatis berhubungan dengan integritas, meski Assad menyebutkan dua hal yaitu perbuatan dan perkataan, maka ada baiknya saya tambahkan yang ketiga yaitu pikiran. Artinya orang jujur adalah orang yang integritas-nya tinggi, dan perkataan, pikiran serta tindakan semua-nya  selaras.

“H” yang kedua adalah rendah hati, tentu saja hidup sederhana merupakan bagian dari sikap rendah hati. Untuk ini Assad mengutip banyak tokoh yang luar biasa, salah satunya Warren Buffet, yaitu salah satu orang terkaya di dunia. Saat ini beliau masih tinggal di rumah sederhana miliknya yang dibeli dengan harga 300 jutaan, sejak 50 tahun yang lalu dengan kendaraan tua yang dia beli sejak 2001. Pergi kemana mana tidak dengan pesawat pribadi meski dia memiliki salah satu perusahaan Jet terbesar di dunia. Pada 2006 dia mendonasikan 30,7 Miliar USD kepada Gates Foundation, dan tercatat sebagai sumbangan amal terbesar dalam sejarah Amerika. Barangkali saya perlu mengingatkan  satu tokoh rendah hati yang termasyhur sepanjang sejarah tak lain dan tak bukan Mahatma Gandhi.

“H” yang ketiga adalah Helpful, yaitu penolong terhadap sesama. Assad mengutip hadis Nabi “Sebaik baik manusia diantara kamu adalah yang paling banyak memberi manfaat pada sesama”. Lalu diikuti kategorisasi menurut Emha Ainun Nadjib, mulai dari Manusia Wajib (yang keberadaanya dibutuhkan orang lain), Manusia Sunnah (yang keberadaan-nya dibutuhkan, namun tanpa-nya segala sesuatu tetap dapat berjalan dengan baik), Manusia Mubah (yang dia ada atau dia tidak ada tidak mengubah apa2) , Manusia Makruh (yang jika dia tidak ada tidak apa2, tetapi jika hadir justru mendatangkan keburukan) dan Manusia Haram (satu2nya yang diharapkan dari jenis ini adalah jika dia tiada). Point penting dalam “H” yang ketiga adalah Helpful adalah investasi terbaik, karena menolong orang berarti menolong diri kita sendiri, bisa saat ini bisa juga kelak.



Sedikit kritik bagi Assad adalah halaman 15, dimana disebutkan selama 10 abad Islam memimpin peradaban, berhasil menaklukkan dua imperium terkuat pada masa itu, Yunani dan Romawi. Nah mungkin yang dimaksud Assad adalah Persia dan Romawi.

Kritikan berikutnya, adalah saat kunjungan Assad di Belanda, saya mengagumi kejujuran Assad menceritakan bahwa dia sempat jalan2 ke Red District, karena tergiur omongan sobat-nya Vidi, bahwa belum ke Belanda kalau belum ke Red District. Meski Assad mungkin cuma iseng dan tidak melakukan apa2 (dan saya percaya itu), tapi hal ini tidak seharusnya dilakukan. Karena Assad sekarang jadi idola banyak orang dan jadi panutan, ada baiknya Assad justru menganjurkan jangan meniru apa yang sudah dia lakukan, dan dia menyesal terbujuk oleh Vidi misalnya. Semoga Assad dapat lebih bijak lagi dalam bersikap kedepan, atau bahwa tidak ke Belanda kalau tidak mengunjungi bendungan, misalnya.

 Kritikan terakhir adalah perbedaan makna "silaturahim" dan "silaturahmi", yang mana seharusnya adalah "silaturahim", karena rahmi artinya “nyeri saat melahirkan”, jadi "silaturahmi" artinya menyambungkan rasa nyeri saat melahirkan, sedangkan "silaturahim" artinya “menyambungkan kekerabatan / persaudaraan”. Namun dalam buku ini setelah Assad wanti2 menggunakan istilah tersebut, malah muncul lagi dua kata “silaturahmi” yakni di Halaman 273 paragraf #4 dan Halaman 286 paragraf #1, he he mudah2an di edisi selanjutnya kesalahan ini dikoreksi.

Secara isi, NFQ2  ini menunjukkan kemajuan Assad dalam merangkai kata2 dibanding NFQ#1, dan cerita nyata sumbangan sahabat2 Assad semakin memperkuat keyakinan kita akan dahsyat-nya sedekah. Semoga dengan inspirasi dari buku ini, sedekah lebih banyak diamalkan dan akan lebih banyak lagi orang2 tak mampu yang tertolong.

No comments: