Tadinya saya beli buku ini untuk anak sulung saya, tetapi tergoda dengan komentar Jusuf Kalla, Din Syamsuddin, Sandiaga Uno, dll, maka saya putuskan untuk membaca-nya terlebih dahulu. Kesimpulan saya, buku yang enak dibaca, dengan bahasa mengalir, mengedepankan rasio dan di kaitkan dengan ayat Qur’an serta hadits Nabi membuat buku ini bukan cuma enak melainkan juga bermanfaat.
Secara format buku mirip dengan buku Dahlan Iskan yang baru selesai saya baca, bisa jadi karena menggunakan blog, sehingga tema yang dibahas beragam, dan hampir disetiap artikel di lampirkan juga komentar atau postingan dari pembaca-nya. Beberapa artikel yang buat saya menarik adalah
3p’s Secret for Scholarship Hunter (****).
Dahsyat-nya sedekah (*****)
Business Class For Free (*****)
Ingin Badan Bertato ? (****)
Menembus Penjagaan VIP (*****)
Total notes, dibuku ini ada 28 notes, lantas kenapa hanya lima notes diatas yang menarik buat saya sedangkan notes2 lain rata2 saya berikan bintang tiga, jawaban-nya adalah, karena lebih banyak membahasa aplikasi agama dalam kehidupan, untuk yang ini topik yang dibahas sudah cukup sering saya baca dari berbagai sumber, meski demikian untuk kalangan pembaca lain, bisa jadi ini tetap merupakan topik yang menarik, karena cara Assad menulis yang sama sekali tidak terkesan menggurui dan menggunakan bahasa yang cair dan cocok untuk generasi-nya.
Untuk 5 notes diatas, karena muatan pengalaman pribadi Assad, maka otomatis ini menjadi sesuatu yang spesifik dan sangat menarik bagi saya. Akan tetapi tentu saja tidak ada gading yang retak, saya berharap ada revisi di buku ini untuk beberapa hal, agar tidak cuma bagus secara tulisan tetapi juga kuat secara fakta.
Notes “Idul Adha : Esensi Kepatuhan Seorang Hamba” disebutkan bahwa Ibadah Haji dimana ratusan juta orang berkumpul di tempat yang sama. Sepanjang pengetahuan saya dalam musim haji, yang berkumpul tidak lebih dari sepuluh juta. Hal ini diakibatkan adanya pembatasan dari Saudi Arabia, karena kapasitas Saudi dalam mengakomodasi jamaah. Saudi Arabia juga menetapkan kuota yang misalnya pada 2011, satu jamaah untuk setiap seribu penduduk. Itu sebabnya jamaah Indonesia pada musim haji 2010 misalnya hanya bisa mengirim 230.000 jamaah.
Notes “Membentuk Generasi Tangguh”, menyebutkan populasi Muslim 1,5 milyar sedangkan Yahudi 14 juta, dan Assad menyebutkan populasi Muslim 110% lebih banyak dari Yahudi, padalah seharusnya 10.714% atau 1:107.
Notes “Maaf, Tolong dan Terima Kasih”, mengutip penelitian Masaru Emoto, saya percaya bahwa air memang salah satu substansi luar biasa yang ada di dunia, saya juga yakin air mampu menyimpan data, dan akan bereaksi sebagaimana doa yang dipanjatkan orang yang berinteraksi dengan-nya. Tubuh kita didominasi air, otak salah satu organ yang kandungan airnya sangat tinggi, dan tanpa air kita tidak akan hidup. Namun penelitian Masaru Emoto sampai saat ini masih kontroversial, karena tidak menggunakan kaidah2 penelitian yang standar, misalnya dalam menetapkan teori berdasarkan jumlah sampel, dll. Jadi IMHO penelitian Masaru Emoto bagi saya masih memerlukan waktu untuk dapat diyakini sebagai penelitian yang sah.
Hal2 khusus yang menarik, adalah kisah professor yang bertanya pada muridnya nilai sebuah uang, setelah di buat lecek atau bahkan diinjak, tentu saja nilai uang tersebut tidak berubah, karena “value” uang tersebut melekat pada dirinya. Hal lain mengenai akibat tato pada Fredrik Ljungberg, yang mengalami keracunan tinta dan mengakibatkan performansinya di Arsenal menurun drastis. Lalu kisah kocak Assad yang pantang menyerah untuk menembus tiga lapis penjaga saat acara wisuda kakak kelasnya dengan menggandeng ulama besar Mesir Sheikh Al Qharadawi. Pembagian tiga klasifikasi tipe karakter manusia ala Paul Stoltz saat mendaki gunung, Quitters yang keluar dari pertarungan, Campers, yang mengira sudah mencapai puncak dan puas dengan apa yang sudah mereka peroleh, serta Climbers, yang terus mendaki sampai mencapai puncak. Serta kisah sukses Lee Myung Bak, yang menjadi CEO Hyundai bahkan Presiden Korea Selatan, meski hanya anak petani serta tukang sayur dan memulai karir dari buruh pabrik, dan saat kuliah harus dengan merangkap sebagai tukang sapu jalanan.
Akhir kata, buku sangat saya rekomendasikan dengan catatan ada baiknya Assad memperbaiki kualitas data yang ada sehingga tidak cuma inspiratif tetapi juga akurat, terimakasih untuk Assad yang dengan kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi generasinya, semoga diberikan Allah jalan terbaik untuk dapat lebih berguna bagi sesama-nya kelak.
Secara format buku mirip dengan buku Dahlan Iskan yang baru selesai saya baca, bisa jadi karena menggunakan blog, sehingga tema yang dibahas beragam, dan hampir disetiap artikel di lampirkan juga komentar atau postingan dari pembaca-nya. Beberapa artikel yang buat saya menarik adalah
3p’s Secret for Scholarship Hunter (****).
Dahsyat-nya sedekah (*****)
Business Class For Free (*****)
Ingin Badan Bertato ? (****)
Menembus Penjagaan VIP (*****)
Total notes, dibuku ini ada 28 notes, lantas kenapa hanya lima notes diatas yang menarik buat saya sedangkan notes2 lain rata2 saya berikan bintang tiga, jawaban-nya adalah, karena lebih banyak membahasa aplikasi agama dalam kehidupan, untuk yang ini topik yang dibahas sudah cukup sering saya baca dari berbagai sumber, meski demikian untuk kalangan pembaca lain, bisa jadi ini tetap merupakan topik yang menarik, karena cara Assad menulis yang sama sekali tidak terkesan menggurui dan menggunakan bahasa yang cair dan cocok untuk generasi-nya.
Untuk 5 notes diatas, karena muatan pengalaman pribadi Assad, maka otomatis ini menjadi sesuatu yang spesifik dan sangat menarik bagi saya. Akan tetapi tentu saja tidak ada gading yang retak, saya berharap ada revisi di buku ini untuk beberapa hal, agar tidak cuma bagus secara tulisan tetapi juga kuat secara fakta.
Notes “Idul Adha : Esensi Kepatuhan Seorang Hamba” disebutkan bahwa Ibadah Haji dimana ratusan juta orang berkumpul di tempat yang sama. Sepanjang pengetahuan saya dalam musim haji, yang berkumpul tidak lebih dari sepuluh juta. Hal ini diakibatkan adanya pembatasan dari Saudi Arabia, karena kapasitas Saudi dalam mengakomodasi jamaah. Saudi Arabia juga menetapkan kuota yang misalnya pada 2011, satu jamaah untuk setiap seribu penduduk. Itu sebabnya jamaah Indonesia pada musim haji 2010 misalnya hanya bisa mengirim 230.000 jamaah.
Notes “Membentuk Generasi Tangguh”, menyebutkan populasi Muslim 1,5 milyar sedangkan Yahudi 14 juta, dan Assad menyebutkan populasi Muslim 110% lebih banyak dari Yahudi, padalah seharusnya 10.714% atau 1:107.
Notes “Maaf, Tolong dan Terima Kasih”, mengutip penelitian Masaru Emoto, saya percaya bahwa air memang salah satu substansi luar biasa yang ada di dunia, saya juga yakin air mampu menyimpan data, dan akan bereaksi sebagaimana doa yang dipanjatkan orang yang berinteraksi dengan-nya. Tubuh kita didominasi air, otak salah satu organ yang kandungan airnya sangat tinggi, dan tanpa air kita tidak akan hidup. Namun penelitian Masaru Emoto sampai saat ini masih kontroversial, karena tidak menggunakan kaidah2 penelitian yang standar, misalnya dalam menetapkan teori berdasarkan jumlah sampel, dll. Jadi IMHO penelitian Masaru Emoto bagi saya masih memerlukan waktu untuk dapat diyakini sebagai penelitian yang sah.
Hal2 khusus yang menarik, adalah kisah professor yang bertanya pada muridnya nilai sebuah uang, setelah di buat lecek atau bahkan diinjak, tentu saja nilai uang tersebut tidak berubah, karena “value” uang tersebut melekat pada dirinya. Hal lain mengenai akibat tato pada Fredrik Ljungberg, yang mengalami keracunan tinta dan mengakibatkan performansinya di Arsenal menurun drastis. Lalu kisah kocak Assad yang pantang menyerah untuk menembus tiga lapis penjaga saat acara wisuda kakak kelasnya dengan menggandeng ulama besar Mesir Sheikh Al Qharadawi. Pembagian tiga klasifikasi tipe karakter manusia ala Paul Stoltz saat mendaki gunung, Quitters yang keluar dari pertarungan, Campers, yang mengira sudah mencapai puncak dan puas dengan apa yang sudah mereka peroleh, serta Climbers, yang terus mendaki sampai mencapai puncak. Serta kisah sukses Lee Myung Bak, yang menjadi CEO Hyundai bahkan Presiden Korea Selatan, meski hanya anak petani serta tukang sayur dan memulai karir dari buruh pabrik, dan saat kuliah harus dengan merangkap sebagai tukang sapu jalanan.
Akhir kata, buku sangat saya rekomendasikan dengan catatan ada baiknya Assad memperbaiki kualitas data yang ada sehingga tidak cuma inspiratif tetapi juga akurat, terimakasih untuk Assad yang dengan kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi generasinya, semoga diberikan Allah jalan terbaik untuk dapat lebih berguna bagi sesama-nya kelak.
No comments:
Post a Comment