Pada masa itu semua hasil tani, dikumpulkan oleh tentara Jepang. Pada setiap lahan kosong yang mereka nilai potensil, mereka membuat bangunan dengan tiang dan atap tanpa dinding, dikelilingi pagar berduri dan dijaga tentara Jepang dan pengumuman “Dilarang keras memasuki area ini”, serta menumpuk persediaan makanan di satu tempat, sementara diluar sana rakyat kelaparan. Suatu hari tentara Jepang membuang berkarung karung makanan seperti tepung dan roti yang sudah mulai membusuk, rakyat berebutan makanan busuk tsb di pinggir jalan untuk menyambung hidup. Melihat makanan yang dibuang berbeda dengan yang mereka sita timbul dugaan di masyarakat kalau tentara Jepang membuang beras yang mereka sita ke laut, untuk membuat rakyat menjadi lemah dan takut melawan. Belakangan Jepang bahkan menggunakan gereja sebagai gudang, juga bioskop.
Untuk menyembelih binatang dengan ukuran kambing keatas, diperlukan izin berlapis lapis. Jika izin ini dilanggar maka tentara Jepang akan menjemput paksa penduduk yang melanggar untuk dihukum.
No comments:
Post a Comment